Chapter 4

10.7K 330 1
                                    

Setelah ia sudah selesai dengan semua makanannya, gadis itu langsung bergegas untuk pergi keluar dari rumah itu.

Stella lalu kembali ke kamar dimana ia terbangun untuk mengambil tas kecil miliknya sebelum ia pergi meninggalkan rumah itu.

Baru saja Stella membuka pintu, ia sudah di sambut oleh beberapa pria yang menjaga rumah itu. Ada enam penjaga totalnya.

  "Maaf sebelumnya, apakah anda Miss Martel? Jika iya, anda tidak boleh keluar dari rumah ini karena Mr. Mikaelson memerintahkan kami agar tidak memperbolehkan gadis yang bernama Stella Martel untuk keluar."

Gadis itu tidak habis pikir kenapa lelaki itu tidak memperbolehkannya keluar. Ia bukanlah tahanan rumah dan juga Damien tidak mempunyai hak atas dirinya.

Satu-satunya cara agar ia bisa keluar dari kawasan rumah itu hanya satu. Yaitu berbohong. Stella tidak boleh mengatakan kalau dirinya adalah gadis itu.

Stella tersenyum untuk menutupi kegugupannya itu. "Oh! Kalau begitu saya bisa keluar karena saya bukanlah gadis itu. Siapa namanya? Estelle Martel? Tidak. Saya... Uhm..."

Sial. Otak Stella tidak bisa berpikir. Ia bingung harus mengaku sebagai siapanya Damien. Tidak mungkin kalau ia mengaku menjadi adiknya. Apalagi kekasihnya. Pasti ketahuan sekali bohongnya dan ia juga tidak sudi menjadi kekasih dari pria sebrengsek Damien. Tiba-tiba saja satu ide muncul. Ide yang cukup brilian.

Stella menghela nafas. "Saya sepupu jauhnya bos kalian, D-damien." Sial, menyebut namanya saja ia kesusahan.

  "Nama saya Emily Mikaelson dan saya sejak malam sudah menginap disini. Oh iya, gadis itu sepertinya masih ada di kamarnya. Saya dengar ia sedang menangis. Jadi kumohon jangan kalian ganggu," lanjut Stella.

Penjaga-penjaga itu mengangguk. Kelihatannya mereka sangat bodoh karena percaya perkataan Stella yang semuanya merupakan kebohongan.

  "Sekarang, permisi ya semuanya. Saya harus pergi sekarang. Ada urusan yang harus saya kerjakan. Selamat melanjutkan pekerjaan kalian untuk menjaga gadis bodoh itu."

Stella lalu berjalan melewati keenam penjaga bodoh itu dengan bangganya. Awalnya ia pikir dirinya sudah bebas dari pengawasan penjaga yang menjaga pintu rumah itu, tapi ternyata tidak.

Ternyata masih ada sekitar delapan pria berbadan besar menjaga pintu gerbang besar itu. Pikir Stella memang sepenting apa lelaki brengsek itu sampai rumahnya harus dijaga ketat seperti ini.

Stella sedikit ragu untuk melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari rumah itu karena banyaknya penjaga yang menjaga pintu gerbang itu.

Dirinya takut kalau penjaga itu lebih pintar dibandingkan dengan penjaga yang menjaga pintu utama rumah itu.

Tapi tidak ada salahnya. Stella harus mencoba kabur dari rumah si brengsek itu dengan tipuannya. Ia berdoa agar penjaga-penjaga itu sama bodohnya seperti yang sebelumnya.

  "Hey, apakah kau Stella Martel?" tanya salah satu penjaga itu.

Stella tersenyum. "Bukan. Aku Emily Mikaelson, sepupu jauh Damien. Kenapa semuanya bertanya apakah aku Stella Martel atau bukan?! Memang sebegitu pentingkah gadis itu?!"

  "Maaf, Miss Emily. Saya tidak tahu apakah gadis itu penting atau tidak, tapi yang saya lihat dari bertambahnya penjaga mulai hari ini, saya pikir gadis itu sangat penting," jelas pria botak itu.

Stella mengangguk. "Baiklah. Sekarang tolong buka gerbangnya. Saya mau keluar!"

Betapa senangnya Stella setelah melihat reaksi wajah penjaga-penjaga itu. Ternyata aktingnya berhasil. Mereka mempercayai ucapannya. Dua dari mereka membuka gerbang untuk dirinya dan yang lainnya terdiam dengan tubuh tegaknya.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang