Chapter 46

2.3K 59 1
                                    

Monte Carlo, Monaco
Tidak terasa sudah sebulanan lamanya ia tinggal di kediaman masa kecilnya bersama dengan Damien. Stella menyukai hidupnya di Monako. Kenapa? Karena akses ke Nice sangat dekat. Jika tidak di Monako, Stella tidak mungkin dapat menemukan kota kesukaannya, yaitu Nice. Setiap akhir pekan, Stella bersama dengan kedua pria yang sangat ia cintai di hidupnya beserta beberapa bodyguard akan selalu menghabiskan waktunya di Nice.

Kalau boleh jujur, pastinya Damien dan Stefan merasa bosan akibat setiap hari sabtu sampai minggu pergi ke Nice, namun demi Stella mereka setia menemani Stella kesana setiap minggunya.

Saat ini Stella sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper yang akan ia bawa untuk Nice trip yang kelima kalinya. Jika Damien melihat tunangannya mengemasi barang bawaannya sendiri disaat perutnya sudah tambah membesar, ia pasti akan menyuruhnya untuk berhenti dan meminta maid yang bekerja di rumah Stefan Salvatore menggantikan pekerjaan itu. Maka dari itu, selama Damien pergi untuk memeriksa markasnya sebentar yang tidak jauh dari kediaman ayahnya, ia mengambil kesempatan untuk membereskan barang yang akan dibawa pagi ini.

  "Sweetheart!" panggil ayahnya yang suaranya terdengar dari taman.

Stella meninggalkan urusan kopernya dulu untuk menjawab ayahnya dari jendela kamarnya yang dekat dengan taman. Untuk berbicara dengan ayahnya yang sudah siap untuk menyantap sarapan di taman, Stella hanya perlu menunduk sedikit sedangkan Stefan hanya perlu menengadah keatas sedikit.

  "Yes, Papà?"

  "Ayo, turun sekarang. Damien sudah sampai itu. Setelah sarapan selesai kita langsung berangkat," seru Stefan dari taman.

Setelah mengangguk, Stella langsung turun ke bawah seperti apa kata ayahnya. Namun sebelum itu, ia ingin meminta tolong pada Lina–salah satu maid di rumah ayahnya–untuk membereskan sisa barang bawaannya dan kemudian menaruhnya dibawah.

Saat ia hendak berjalan ke taman, Stella berpapasan dengan Damien yang langsung menuntunnya. Di masa kehamilannya yang sudah menginjak umur enam bulan, Damien menjadi lebih protektif. Jauh lebih parah dibandingkan biasanya.

  "Aku bisa sendiri, Sayang. Kau tidak perlu seperti ini terus menerus. Aku ini sedang hamil, bukan lumpuh," Stella tertawa kecil ditengah bahunya yang tengah dirangkul oleh Damien.

  "Ya, tentu saja aku tahu kalau kau sedang hamil, bukan lumpuh. Tapi–"

  "Damien, kau sudah memperhatikan asupan makananku petunjuk arahan dari ibumu. Jika asupan giziku terpenuhi, aku tidak akan rentan sakit. Begitu pun dengan bayi kita. Dia akan sehat-sehat saja," ucap Stella.

Damien mengelus lembut rambut Stella sebelum mencium puncak kepala tunangannya. "Aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkanmu, my little deer."

Mendapat perlakuan seperti itu selalu membuat dirinya merasa beruntung, dengan memiliki seseorang yang ia tahu akan selalu ada disampingnya seperti Damien.

Selepas sarapan, ketiganya langsung bersiap-siap untuk pergi ke destinasi setiap pekan mereka, yaitu Nice. Mereka menggunakan mobil yang berbeda-beda. Stella bersama dengan Damien, sedangkan Stefan sendiri dengan disupiri oleh supir pribadinya yang sudah lama bekerja untuknya.

Anantara Plaza Nice Hotel sudah menjadi rumah kedua bagi Stella dikarenakan setiap mengunjungi Nice di akhir pekan, mereka selalu bermalam disana. Sebenarnya, Stella juga mau untuk sekali saja berganti suasana dengan bermalam di Hotel Le Negresco yang merupakan rekomendasi dari Valerie. Namun, Damien menolak keinginannya yang satu itu atas dasar interiornya yang terlalu artsy. Matanya tidak dapat bersahabat dengan sesuatu yang memiliki motif berlebihan.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang