Chapter 47

2.3K 62 0
                                    

Nice, France
Saking seringnya mengunjungi Nice, hal yang dapat Stella lakukan hanyalah berjemur di pantai. Setelah dipikir-pikir, ia selalu tinggal atau menetap di tempat yang berada di pesisir laut yang tidak mendapatkan musim dingin. Rasanya ingin sekali mengajak Damien untuk mengunjungi tempat-tempat yang dingin dan bersalju.

Dulu saat ia masih kecil, ia pernah mengunjungi tempat-tempat seperti itu, secara ayahnya adalah Stefan Salvatore. Ayahnya itu juga sudah menunjukkan padanya foto-foto liburan mereka saat mereka bertiga masih menjadi keluarga yang utuh. Tetapi, dari ingatannya saat ini yang belum sepenuhnya kembali, ia tidak pernah tahu rasanya salju.

"Papà," panggil Stella kepada ayahnya yang sedang membaca Where the crawdads sing, buku kesukaan ibunya yang katanya sudah lebih dari lima puluh kali ia baca.

Stefan menaruh buku yang sedang ia baca diatas perutnya lalu mengangkat kacamata hitamnya diatas kepala sebelum mengarahkan perhatiannya ke anak semata wayangnya itu. "Yes, Sweetheart?"

"Papà, apa tempat bersalju yang memiliki scenery terbaik menurutmu?"

"Beri ayah waktu untuk berpikir." Setelah beberapa detik, Stefan sudah mempunyai jawabannya. "Salzburg, Austria. Salzburg's underrated. Mendiang ibumu ingin sekali mengajak ayah kesana, tetapi sebulan sebelum keberangkatan kami, ibumu sudah harus meninggalkan ayah ke surga. Padahal, saat itu ibumu sudah mulai memiliki semangat untuk hidup dan juga mulai untuk menerima kenyataan bahwa anaknya sudah meninggal."

Tangan Stefan meraih jemari anaknya itu lalu tersenyum dengan tatapan yang penuh kasih sayang dan kelegaan. "Seharusnya ia bisa ada disini bersama-sama dengan kita. Ayah dapat pastikan ibumu sangat amat bahagia bertemu dengan anak kesayangan dan tentu saja turut berbahagia untukmu dan Damien. Ibumu juga akan sangat antusias menunggu kelahiran cucu pertamanya."

I wish you were here, Care Baby.

I wish you were here, Mommy.

  "But she's already found her happiness up there, Pap. Suatu saat nanti, pasti kita bertiga akan bersama lagi," jawab Stella untuk memberikan ketenangan untuk ayahnya dan hal itu berhasil.

  "Yes, Sweetheart. She's an angel now. My baby is an angel now," ucap Stefan sembari menengadahkan kepalanya untuk menatap langit yang sangat cerah hari ini. I love you, Caroline.

Beberapa menit berlalu, Stefan pun meninggalkan anaknya yang kini sudah ditemani oleh calon menantunya itu. Hanya demi Stella, Damien mau bertelanjang dada di ruang publik seperti ini. Ia selalu berharap bahwa tidak ada paparazzi atau musuhnya yang menemukan dirinya disaat sedang menemani Stella berlibur.

  "Stella, sepertinya kau harus menutupi baby bumpmu itu," kata Damien seraya menyentuh lembut perut Stella yang sudah membesar.

  "Kenapa? Aku lupa untuk membawa handukku tadi," jawab Stella sembari meminum watermelon mocktail pesanannya.

  "Sebenarnya tidak ada masalah, hanya saja... you are being the hottest baby mama with those bikinis."

Stella tertawa sembari memutar matanya. Pipinya memerah seperti tomat, entah memang disebabkan oleh paparan sinar matahari atau dikarenakan oleh perkataan Damien tadi.

Melihat pipi Stella yang merona, Damien langsung memeluk tubuh kecil Stella dan mencium dahinya. Dengan bikini merah mudanya yang memperlihatkan baby bump miliknya, Stella sangat menggemaskan.

"Kau tidak mau kembali ke hotel? Matahari semakin terik ini," kata Damien.

Stella meminta Damien untuk tinggal beberapa saat lagi ditempat mereka berada. Dengan posisi mereka yang saling berpelukan, Stella merasa sangat nyaman.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang