Chapter 53

2.1K 54 0
                                    

Stella begitu senang saat dokter mengatakan padanya kalau hari ini ia sudah bisa pulang dan tidak memerlukan perawatan dari rumah sakit lagi. Ia sudah pulih, walau belum sepenuhnya. Tetapi, baginya tetap saja ia sudah pulih karena ia tidak perlu lagi menghabiskan waktunya berbaring di ranjang sepanjang hari.

Setelah Damien membantunya mengganti pakaian, pria itu mengemas semua kebutuhan miliknya selama ia dirawat ke dalam tas. Stella bersyukur karena Damien bersedia melakukannya untuk dirinya.

Tidak lama kemudian, Valerie, Xavier, Greyson, serta kedua orang tua Damien datang untuk menyambut kepulangan Stella. Mereka tidak mau menunggu Stella sampai di rumah. Jadi, disini lah mereka semua berada.

  "Selamat siang, Miss Salvatore," sapa salah satu perawat yang selalu mengantarkan makanan untuk Stella selama ia dirawat. "Saya senang melihat ibu tetap tersenyum seperti ini."

Sambil tersenyum, Stella berkata, "Saya harus senang karena akhirnya saya bisa kembali ke rumah bersama dengan tunangan dan keluarga saya. Apa alasan saya untuk berhenti tersenyum?"

  "Ah, baiklah kalau begitu. Pasti mendiang anak ibu juga akan bahagia dia surga saat melihat ibunya tetap tersenyum seperti ini. Sampai jumpa, Miss Salvatore. Semoga ibu cepat pulih dan hati-hati di jalan."

Kemudian perawat itu pergi meninggalkan kehampaan di dalam hati Stella setelah mendengar ucapannya tersebut. Membutuhkan beberapa saat untu dirinya memproses kalimat yang dikatakan perawat itu.

"Damien," panggil Stella dengan suaranya yang bahkan nyaris terdengar seperti bisikan.

Dengan berhati-hati, Damien mendekati Stella yang masih duduk di pinggir ranjangnya. Ia menyentuh pundak tunangannya dengan pelan. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu hanya terdiam. Hanya itu yang dapat mereka lakukan.

"Ya, Sayang?"

"Apa maksud dari perkataan perawat itu?" tanyanya dengan terbata-bata.

"Aku tidak mengerti juga," bohong Damien dan Stella sudah dapat merasakan bahwa tunangannya itu sedang berbohong.

"Tidak, Damien. Kau mengerti apa yang dikatakan oleh perawat itu. Ia mengatakan, mendiang anak, Damien. Mendiang anak!"

Tidak ada jawaban dari Damien.

Nihil.

"Damien." Perasaannya yang mulai tidak enak, ditambah lagi dengan seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu hanya terdiam, seakan tahu akan sesuatu hal dan memilih untuk menutupi dari dirinya. "Damien, answer me, please?"

Tetap tidak ada jawaban, hanya ada sepasang mata yang menatap kearahnya sambil berkaca-kaca menahan agar benteng pertahanannya tidak runtuh. Damien berlutut dihadapannya dan mengambil kedua tangan wanita yang ia cintai itu. Setetes air mata pun akhirnya terjatuh dari mata seorang Damien, benteng pertahanannya runtuh.

"Stella, love," kata Damien sambil mengusap air matanya dengan cepat. Ia tidak mau terlihat lemah dihadapan semua orang, terutama Stella.

"Apa, Damien?" tanya Stella dengan datar, karena ia yakin seratus persen kalau Damien akan menyampaikan sesuatu yang buruk. Sudah pasti. "Cepat katakan!"

Semuanya terkesiap mendengar teriakan Stella, dari seseorang yang tidak pernah meninggikan suaranya sekali pun.

Damien tidak bisa meminta bantuan orang lain untuk mengatakan yang sesungguhnya pada Stella karena ini menyangkut tentang keluarga kecil mereka. Bahkan di saat pertama kali ia mengetahui akan hal tersebut, ia meminta ayahnya Stella, Valerie, dan bahkan Xavier untuk memberitahukan pada Stella karena ia tidak akan pernah sanggup. Namun, ketiganya menolak. Hanya Damien yang berhak memberitakan hal ini pada Stella secara langsung.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang