Chapter 52

1.9K 47 0
                                    

Kini setelah kondisi Stella membaik dan sudah stabil, dokter sudah memperbolehkan Damien untuk menemani tunangannya itu di dalam ruang inap dengan kelas terbaik di rumah sakit tersebut. Damien ingin semua yang terbaik untuk pemulihan tunangannya itu.

Dr. Parker yang menangani Stella mengatakan padanya setelah pemindahan Stella dari ruang ICU ke ruang inap bahwa dalam beberapa jam ke depan tunangannya itu akan sadar. Damien hanya perlu sabar menunggu dengan tangannya yang terus menggenggam tangan mungil kesukaannya.

Sudah lima hari lamanya Damien tidak mendengar suara Stella, melihat matanya, ataupun melihat senyuman manisnya yang selalu berhasil membuat dirinya jatuh cinta pada wanita itu untuk kesekian kalinya. Ia berharap apa yang dikatakan oleh sang dokter benar, bahwa tunangannya itu akan sadar dalam beberapa jam ke depan.

 Ia berharap apa yang dikatakan oleh sang dokter benar, bahwa tunangannya itu akan sadar dalam beberapa jam ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Damien," panggil Stefan dari belakang sambil menyentuh bahunya.

Ia menoleh untuk melihat wajah Stefan sepintas sebelum kembali memperhatikan Stella yang masih terbaring tidak sadarkan diri.

  "Sudah lima hari kau disini, sebaiknya kau pulang dulu untuk bersih-bersih. Ada paman disini untuk Stella. Ia tidak akan sendiri," kata Stefan dengan harap membuat Damien pulang ke rumahnya sebentar untuk membersihkan dirinya tanpa mengkhawatirkan Stella.

  "Benar apa kata Uncle Stef," timpal Valerie yang sudah menemani dirinya sejak beberapa jam yang lalu di ruang inap setelah Stella dipindahkan.

  "Setelah Stella sadarkan diri," jawab Damien.

Stefan tahu bahwa Damien adalah orang yang berkemauan keras, jadi ia akan membiarkan calon menantunya itu untuk tetap tinggal di samping ranjang putrinya.

  "Apa yang harus aku katakan padanya setelah ia sadarkan diri?" tanya Damien tiba-tiba. Pertanyaan itu ia tanyakan pada dirinya, Valerie, dan juga Stefan yang duduk di sofa untuk memperhatikan putrinya itu.

Air mata Valerie kembali membanjiri pipinya, namun ia harus segera menghapusnya.

  "Aku tidak tahu harus berbuat apa," lirih Damien seraya membelai wajah Stella yang begitu damai dalam tidurnya.

Stefan dan Valerie hanya dapat terdiam. Mereka berdua juga tidak tahu harus berbuat apa, bahkan semuanya tidak tahu harus berbuat apa. It felt so wrong. Mereka semua tidak akan tega untuk membicarakan mengenai hal itu pada Stella.

I'm sorry.

Damien menenggelamkan wajahnya di samping tubuh Stella yang terbaring dengan tangannya yang masih ia genggam, tidak pernah ia lepaskan sedetik pun. Di situlah ia meneteskan air matanya.

I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry.

I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang