Chapter 57

1.7K 43 0
                                    

"Papà!"

Stefan menoleh kearah suara itu berasal dan tersenyum lebar kearahnya. Ia kemudian mendapati anak semata wayangnya itu memeluknya dari belakang saat dirinya sedang memasak untuk makan siang mereka berdua.

  "Apa yang kau inginkan, Sweetheart, sampai kau memeluk ayahmu ini dengan sebegitu eratnya?" tanya Stefan sambil tertawa.

  "Aku tidak menginginkan apapun dari ayah,"

  "Lalu?"

  "Aku memang belum sepenuhnya sembuh dari kejadian itu, Pa, tetapi aku sedang mengusahakannya. Life must go on, whether I'm ready or not, right?"

Ayahnya itu mengangguk. Itu lah yang dilakukan olehnya selama ini. Setelah kehilangan Lexi, ia tetap menjalani hidup. Setelah kematian istrinya, ia juga tetap menjalani hidup. Namun, karena saat ini Lexi—Stella—sudah kembali pada dirinya, harapan dan tujuan hidupnya pun juga kembali.

Stefan sudah tidak lagi hidup hanya untuk menunggu ajal datang menjemputnya. Kini ia hidup untuk menikmati kehidupan yang bersama dengan salah satu cinta dalam hidupnya ini. Bersama dengan putri satu-satunya. Bersama dengan Lexi kecilnya.

Pria itu jadi teringat pada percakapan terakhirnya dengan mendiang istrinya padanya sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

  "Aku tidak akan hanya meninggalkanmu begitu saja, Stefan. Aku mencintaimu lebih dari apapun," ucap Caroline di tengah masa kritisnya.

Stefan menggelengkan kepalanya, masih menyangkal akan kondisi istrinya saat ini. Pada saat pertama kali Caroline dinyatakan memiliki kanker paru-paru stadium 3 dalam dirinya, yang pertama kali Stefan lakukan adalah menyangkal. Bahkan sampai saat ini, saat dokter sudah mengatakan padanya kalau hidup istrinya tidak akan lama lagi.

  "Kau tidak akan meninggalkanku, Sayang. Jadi, berhenti mengatakan itu."

Dengan lemas, Caroline tersenyum pada suaminya itu dan berkata, "Jika aku meninggalkan dunia ini–"

  "Nonsense."

  "No," kata Caroline sembari memukul lengan suaminya itu. Stefan merindukan pukulan tersebut, walau tidak sekeras biasanya, ia akan tetap bersyukur. "Kau dengarkan aku terlebih dahulu."

  "Tetapi jangan katakan hal yang sia-sia seperti itu, Sayang. Aku tidak ingin mendengarnya. Jika salah satu diantara kita, aku ingin aku lah yang mati lebih dulu. Aku tidak dapat membayangkan hidupku tanpa dirimu, Caroline. Hanya kau yang kupunya saat ini," lirih Stefan dengan air mata yang membanjiri wajahnya.

Pria itu tidak tahu apa seberapa banyak dosa yang ia miliki sampai harus berada di posisi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu tidak tahu apa seberapa banyak dosa yang ia miliki sampai harus berada di posisi ini. Harus melihat istrinya terkapar lemas di ranjang rumah sakit.

  "Sayangku, dengarkan aku baik-baik karena kau tidak akan mendengar ocehan aku lagi setelah ini–"

"Stop it, Care! What's wrong with you? You'll be fine! Jesus!"

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang