Chapter 10

8.3K 207 1
                                    

Sudah dari pukul tujuh pagi Stella terbangun dari tidurnya. Pagi ini udara yang sejuk menyeliputi LA. Setelah mengambil air mineral di dapur, Stella kembali ke dalam kamar untuk mandi dan bersiap-siap.

Pada saat Stella keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya, gadis itu baru ingat kalau dirinya tidak mempunyai baju lain. Malam disaat ia pergi dibawa oleh Damien, ia tidak membawa barang-barang miliknya. Akhirnya Stella pun memakai baju yang ia pakai kemarin.

Setelah itu Stella keluar dari kamarnya dan bergegas turun ke bawah. Tepat disaat ia selesai menuruni tangga, ia berpapasan dengan Damien yang baru saja ingin menaiki tangga tersebut.

Keduanya berhenti. Stella mencoba untuk tersenyum pada Damien, tetapi pria itu malah memberikan pandangan sinis padanya. Damien seperti menilai Stella dari atas sampai bawah.

  "Apa ada yang salah dariku sampai kau harus melihatku dari atas sampai bawah?" tanya Stella dengan bingungnya.

Damien menatap wajah Stella. "Kenapa kau memakai baju yang sama seperti yang kemarin kau pakai?"

  "Oh, karena itu..." Stella terkekeh. "Aku tidak mempunyai baju lain. Kan aku tidak membawa semua barang-barang dan juga baju-baju milikku dari panti. Jadi, ya hanya ini yang aku punya."

Damien baru ingat sekarang kalau ia hanya memberikan satu set baju tersebut pada Stella.

  "Aku lupa untuk menyediakanmu pakaian," kata Damien datar.

Stella mengangguk. "Ya, berarti bukan salahku juga memakai baju ini lagi."

  "Jadi, kau menyalahkan diriku begitu?!"

  "Tidak. Bukan begitu, aku hanya–"

  "Hey, urusanku bukan hanya untuk membelikan baju untukmu saja. Selama kau ada, semuanya menjadi lebih rumit, Stella!" kata Damien dengan nada suaranya yang meninggi.

Sebenarnya Damien tidak bermaksud untuk membentak gadis itu. Raut wajah Stella berubah setelah Damien meninggikan suaranya dan mengatakan kalau dirinya membuat hidup pria itu menjadi lebih rumit.

Biasanya Stella akan membalas ucapan Damien, tetapi belakangan ini, ia menjadi sangat sensitif. Hati Stella sangat sesak setelah ucapan yang Damien tujukan padanya.

  "M-maaf... Aku tidak bermaksud untuk... Untuk merumitkan hidupmu, Damien."

Menyadari suara Stella yang bergetar, Damien menatap mata hazel gadis itu dengan lebih lekat lagi. Ia dapat melihat kalau Stella mencoba untuk menahan agar air matanya tidak keluar.

Damien mendekatkan dirinya pada Stella dan menangkup pipi kiri gadis itu dengan tangan kanannya. Disaat dirinya sudah berdiri tepat dihadapan Stella, tiba-tiba saja ia mematung. Ia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Bahkan ia menyesal karena telah menyentuh pipi gadis itu.

Dengan cepat Damien pun melepaskan tangannya dari pipi Stella. "Aku... Kau tidak memperumit hidupku, Stella. Aku tidak bermaksud untuk–"

Raut wajah Stella berubah. Gadis itu mengangguk seraya tersenyum kearah pria yang sedang memakai kaus hitam. "Iya, aku mengerti."

"Nanti kita akan membeli pakaian sehari-harimu juga," ucap Damien dengan sedikit lembut.

  "Iya," jawab Stella dengan senyumannya lagi.

  "Ayo kita pergi sekarang," ajak Damien sebelum dirinya membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju basement dengan diikuti oleh Stella.

Kini Damien dan juga Stella sudah berada di basement yang dimiliki oleh rumah ber-arsitektur Spanyol itu. Betapa terkejutnya Stella disaat melihat sederetan mobil mewah milik Damien. Mobil-mobil tersebut terparkir sesuai dengan warnanya.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang