Chapter 22

4.3K 157 3
                                    

YA TUHAN MAAF BANGET ENGGAK UPDATE-UPDATE NIH AUTHORNYA!!
BUKAN KARENA MALES KOK, TAPI OTAKNYA LAGI NYENDET KEHABISAN IDE CERITA!!😅

Ini aku lagi di Starbucks, terus tiba-tiba muncul beberapa ide walau enggak banyak.

Tapi, semoga aja cukup buat satu chapter ini yaaa hehe ENJOY!!

Dengan sabar Damien menunggu Stella di Starbucks terdekat yang ada disekitaran Yale sambil memakan Ham and Mushroom Panini kesukaannya. Setelah diingat-ingat, ia sudah lama tidak pergi ke Starbucks. Biasanya dulu ia dan juga adik kecilnya, Greyson, hampir setiap hari pergi ke Starbucks. Entah untuk memakan Panini atau untuk menemani adiknya itu mencari pacar.

Yup, mencari pacar di Starbucks. Memang awalnya Damien juga heran kenapa Greyson gemar sekali mencari pacar di Starbucks, dan walaupun ia sudah mengetahui alasannya, tetap saja ia merasa aneh dan merasa kalau adiknya itu punya kelainan.

Kenapa tidak? Alasannya yaitu, "They're all hot. Dan, kau tahu, perempuan yang pintar itu seksi."

Aneh, bukan?

Tapi, lupakan Greyson. Damien tidak ingin memikirkan adiknya itu karena yang terpenting saat ini adalah Panini– maksudnya Stella. Sudah tiga jam dan pesannya belum juga dibalas oleh gadis itu. Ia mulai panik dan refleks menggoyang-goyangkan kakinya.

  "Stella, kenapa kau belum juga mengabariku?" tanya Damien sambil mengecek ponselnya dan terus menatap ke layar ponselnya yang merupakan roomchatnya dengan Stella.

Ting.

Stella akhirnya membalas pesannya.

Stella Martel

Kabari aku kalau sudah selesai.

Lega!
Aku sudah selesai!
Kau dimana?

Starbucks.
Aku jemput kau sekarang juga.
Tunggu disitu.

Dengan cepat, ia langsung beranjak dari tempat duduknya menuju mobilnya yang terparkir tepat di depan. Saat ia hendak membuka pintu kaca tersebut, tiba-tiba saja dentuman bom meledak dan membakar habis sesuatu di luar sana. Damien terpental masuk ke dalam. Seluruh kaca yang menyelimuti tempat tersebut pecah.

Semua orang panik dan langsung buru-buru keluar dari Starbucks sambil berteriak minta tolong. Dengan telinganya yang masih berdengung Damien juga mendengar ada juga yang menghubungi 911.

  "Benar, Pak. Bomnya berasal dari mobil Porche Cayenne dan pemiliknya... Uhm..." Barista tersebut mengitari pandangannya ke penjuru tempat untuk mencari pemiliknya, dan saat ia melihat Damien, ia langsung melanjutkan ucapannya. "Ada disini, Pak. Dan ia baik-baik saja. Tunggu sebentar, Pak."

Barista tersebut menghampiri Damien. "Untunglah anda baik-baik saja, Sir. Itu... bomnya berasal dari mobil anda. Dan petugas–"

  "Saya tidak ada waktu untuk itu. Suruh saja mereka membuang mobil itu. Aku tidak peduli!"

Lalu Damien pergi meninggalkan barista tersebut dan berlari menuju dimana Stella berada. Damien tidak peduli kalau ia harus belari sejauh lima kilo, selama ia dapat memastikan kalau Stella aman. Walau kemungkinannya hanya sedikit. Sialan.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang