Chapter 9

7.6K 228 1
                                    

Damien sudah berada di dalam ruang kerjanya sejak lima jam yang lalu. Sambil meneguk satu-satunya Whiskey yang tersisa di ruang penyimpanannya, Damien membolak-balikan kertas-kertas dihadapannya tanpa ia tanda tangani atau ia baca. Pikirannya melayang entah kemana.

Dirinya kacau karena untuk pertama kalinya ia terpaksa untuk menahan nafsunya. Damien bukan hyper sex, tapi sejak dirinya kehilangan Stephanie, ia menjadi melampiaskan amarahnya dengan cara berhubungan dengan berbagai macam wanita.

Dimulai dari wanita bayaran sampai gadis berumur tujuh belas tahun yang dengan senang hati memberikan kehormatannya untuk dinikmati oleh Damien.

"Kumohon untuk sekali ini saja, Damien. Masih sangat perih. Kau tidak bisa melakukan itu padaku malam ini. Kumohon."

Ucapan yang keluar dari mulut Stella padanya beberapa jam yang lalu membuatnya terpaksa untuk menahan hawa nafsunya. Entah bagaimana bisa dirinya mengalah dan menurutinya begitu saja.

  "Argh!" geram Damien seraya memukul meja kerjanya itu. "Gadis sialan!"

Damien mengalihkan tatapannya pada jam dinding klasik peninggalan dari Dahlia, kakak dari neneknya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga dini hari.

Tiba-tiba saja ia merasa lapar. Perutnya berbunyi sangat kencang. Dan ia baru ingat kalau malam ini dirinya belum makan. Begitu juga dengan Stella. Akibat drama yang terjadi di supermarket beberapa jam yang lalu.

Lalu Damien keluar dari ruang kerjanya dan berjalan ke arah dapur. Disaat dirinya sudah melangkahkan kaki mendekat kearah dapur yang gelap, ia pun mendengar seperti ada seseorang disana.

Dengan cepat, Damien mengambil pistol yang selalu ada di belakang celananya dan menarik seseorang yang ada di dapur itu ke dekapannya sambil menodongkan pistol ke pelipis kanannya.

  "A-aku tidak ada hubungannya dengan Damien Mikaelson. Jika k-kau mencarinya, dia ada di atas. Di kamar tidurnya. T-tapi kumohon jangan menembak kepalaku. Kumohon..."

Saat Damien sadari kalau suara itu adalah suaranya Stella, ia pun langsung melepaskan gadis itu dari dekapannya.

Nafas Stella terengah-engah karena dirinya ketakutan dan juga lengan Damien menekan lehernya sehingga ia kehabisan nafas.

  "Sedang apa kau disini?!" tanya Damien dengan suaranya yang meninggi. "Kenapa kau tidak menyalakan lampu?"

Stella menjawab pertanyaan Damien dengan menunjuk ke arah piring yang diatasnya terdapat satu buah Cheeseburger.

  "Oh."

  "Tidak apa kan jika aku membuat Cheeseburger? Aku lihat di kulkas keju dan rotinya sudah hampir kadaluarsa, jadi daripada terbuang sia-sia, lebih baik aku bikin ini saja, bukan?"

Tidak ada jawaban dari Damien.

  "Is that okay?"

  "Kau boleh makan apa saja. Rumahku berkelimpahan makanan. Jangan takut akan habis."

Lalu pria itu berjalan menuju kulkas besar seharga dua ratus juta tersebut dan mengambil beberapa bahan makanan, tetapi yang Stella bisa lihat pria itu mengambil bacon, keju yang baru tentu saja, butter, dan telur.

  "Kau mau membuat Sandwich?" tanya Stella disaat Damien sedang mengambil dua roti gandum dan memasukkannya ke dalam alat pemanggang roti.

Tidak ada jawaban dari Damien, tapi melihat adanya roti disana berarti pria itu memang akan membuat Sandwich.

Stella melahap Cheeseburger miliknya sambil memperhatikan Damien yang entah bagaimana bisa terlihat sangat menarik saat sedang memasak.

Menyadari apa yang dipikirkannya sangat amat tidak lazim dan sangat amat ilegal, Stella langsung membuang jauh-jauh pikiran itu.

Irresistible Touch | Irresistible Series #1 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang