41. EMPAT PULUH SATU

1.6K 212 227
                                    

Happy reading guys 🤗🤗🤗

***

Lee Gon berdiri tegap. Ia menatap lekat-lekat sosok wanita di hadapannya yang kini tengah membantunya mengancingkan seragam militer berwarna putih yang sudah dikenakannya. Raut wajah wanita itu tak terbaca, dan netranya tampak berusaha tak menatapnya.

"Kita sedang di ambang perang," kata Lee Gon akhirnya setelah keduanya selama beberapa saat hanya saling menatap dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sedang di ambang perang," kata Lee Gon akhirnya setelah keduanya selama beberapa saat hanya saling menatap dalam diam. Tatapannya sendu dan tampak memohon.

Jeong Tae-eul tak mengatakan apa pun. Ia masih menatap wajah suaminya dengan lekat. Raut wajahnya tak terbaca. Pikirannya bergejolak. Seketika saja benaknya memutar kembali momen perpisahan mereka di garis waktu sebelumnya, ketika Lee Gon akan kembali ke masa lalu untuk mengembalikan keseimbangan dunia. Dan Jeong Tae-eul merasa tak asing dengan raut wajah dan tatapan Lee Gon saat ini. Itu adalah raut wajah dan tatapan yang sama yang diberikan pria itu di momen mereka di masa lalu tersebut. Ketika Lee Gon memohon padanya untuk membiarkannya pergi.

"Apa aku punya pilihan?" tanya Jeong Tae-eul akhirnya. Ia berusaha menahan agar suaranya tidak pecah.

Kendati tampak berat hati, Lee Gon mengangguk. "Kau bisa memilih posisimu sebagai istriku dengan menahanku agar tetap di sini. Atau kau bisa memilih posisimu sebagai Ratu Kerajaan Corea dengan mengirimku pergi ke medan pertempuran," katanya.

"Bagaimana jika aku ingin memilih posisiku sebagai istrimu?" tanya Jeong Tae-eul lagi.

Lee Gon terdiam selama beberapa detik. "Aku akan menuruti apa pun pilihanmu," jawab Lee Gon akhirnya.

Bagi Jeong Tae-eul, kebungkaman Lee Gon selama beberapa detik itu merupakan sebuah titik penentu. Kendati berjanji akan menuruti apa pun pilihan yang dirinya ambil, Lee Gon tetap mengharapkan bahwa dirinya akan mengizinkannya pergi ke medan pertempuran. Dan jika memang seperti itu, bagaimana bisa Jeong Tae-eul dapat bersikap egois dengan mengambil pilihan yang berlawanan dengan keinginan pria itu? Bagaimana bisa dirinya dengan egoisnya menahan pria itu dari kewajibannya terhadap tanah airnya?

"Kau sendiri mengharapkan aku memilih posisi yang mana?" tanya lagi Jeong Tae-eul. Rupanya ia masih ingin menguji Lee Gon. Kendati dirinya sudah tahu apa yang Lee Gon harapkan untuk dirinya pilih, dia masih ingin mencoba untuk mengubah pilihan pria itu.

"Ratu..." Tanpa sadar, di tengah keputus asaannya dalam usahanya menebak jalan pikiran istrinya, Lee Gon memanggil wanita itu dengan gelarnya. Membuat Jeong Tae-eul tersenyum pedih. Bagi Jeong Tae-eul panggilan itu adalah sebuah jawaban.

"Itu jawabanmu." Itu pernyataan.

Lee Gon tak berusaha menyanggah. Lidahnya terasa kelu.

"Lihatlah, tanpa sadar kau memanggilku 'Ratu' saat ini. Bukannya 'istriku' atau bahkan namaku. Kau tetap menginginkan aku mengirimmu pergi ke medan pertempuran kendati kau mengatakan akan menuruti pilihan apa pun yang kuambil," kata Jeong Tae-eul. Suaranya terdengar pilu.

Overstepping of The FATE (THE KING : ETERNAL MONARCH 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang