56. LIMA PULUH ENAM

1.4K 158 107
                                    

Happy reading guys 🤗🤗🤗

***

Sore harinya, selepas dirinya menemani Lee Araa belajar dan mengerjakan pekerjaan rumahnya dan membiarkan gadis kecil itu bersama ayahnya, Jeong Tae-eul pun pergi ke ruang kerjanya. Ia harus memeriksa beberapa hal akibat pembatalan jadwal yang dilakukan oleh Lee Gon secara tiba-tiba pagi tadi.

Lee Gon menarik tubuh Jeong Tae-eul kembali ke kamar dan langsung menutup pintu lalu menguncinya tanpa menunggu para penghuni istana yang masih di sana menjawab perintahnya.

"Ya! Apa yang kau lakukan?!" Jeong Tae-eul bertanya dengan nada protes atas perbuatan sepihak pria itu yang menyuruh sekretaris mereka membatalkan jadwal mereka hari ini.

Lee Gon menyeringai, ia meraih tubuh Jeong Tae-eul yang berada cukup dekat dengannya dan memeluk pinggangnya. "Menurutmu apa yang kulakukan?" tanyanya balik.

Jeong Tae-eul menatap seringaian Lee Gon dengan waspada. "Jangan macam-macam."

"Kalau satu macam?" tanya Lee Gon dengan nada menggoda.

"Ya! Hmmpph..."

Lee Gon langsung membungkam bibir Jeong Tae-eul dengan bibirnya, melumatnya menggoda. Tak membiarkan wanita itu menyelesaikan protesnya. Tanpa melepaskan ciumannya, Lee Gon mengangkat tubuh Jeong Tae-eul dan membawanya kembali ke peraduan mereka. Membaringkannya, dan kemudian dirinya mengikuti di atas tubuh wanita itu, mengungkungnya.

Lee Gon melepaskan ciumannya. "Tidakkah kau ingat apa yang kukatakan tadi? Bahwa tak lama lagi kau akan kembali ke posisi ini?" tanyanya sambil menyeringai nakal.

"Demi Tuhan, ini masih pagi!" Jeong Tae-eul masih memprotes. Ia berusaha mendorong tubuh Lee Gon untuk bangkit dari atas tubuhnya.

Lee Gon tertawa. Ia menggosokkan hidung mancungnya ke hidung wanita itu. Sedangkan tangannya mulai membuka kancing piyama sang istri satu per satu. "Memangnya kenapa? Bukankah kita sering melakukannya di waktu pagi?"

"Tapi tidak dengan cara seperti ini. Sudah cukup buruk para penghuni istana tahu apa yang membuat kita bangun terlambat dengan melihat piyama yang masih kita pakai. Dan kau semakin memperjelasnya dengan perkataan ambigumu pada Araa. Lalu sekarang kau bahkan tidak bersusah payah menutupi niatmu dengan menutup dan mengunci pintu kamar tepat di hadapan mereka," kata Jeong Tae-eul dengan kesal.

Lee Gon terkekeh. "Memangnya kenapa? Lagi pula tanpa kukatakan pun mereka akan selalu tahu apa yang kita lakukan. Tanpa melihat piyama yang masih kita pakai, mereka pasti mengerti apa yang menjadi penyebab kita bangun terlambat dan belum menampakkan diri pada mereka beberapa saat lalu," katanya.

"Mereka tahu atau tidak, mereka akan berpura-pura tidak tahu jika kau tidak menjelaskannya secara eksplisit seperti tadi. Kau benar-benar tidak tahu malu," keluh Jeong Tae-eul.

Lee Gon menyeringai. Kancing piyama Jeong Tae-eul sudah terbuka semuanya. "Tidak tahu malu adalah salah satu nama tengahku," katanya dengan nada bangga.

Jeong Tae-eul menatap Lee Gon dengan memelas karena protesannya sama sekali tidak memengaruhi pria itu sebelum kemudian ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Tapi aku yang malu...," rengeknya.

"Aku tidak tahu harus dimana menaruh wajahku jika bertemu dengan mereka semua setelah ini..."

"Gosip mengenai alasan kita bangun terlambat dan apa yang terjadi setelah ini pasti akan menyebar tidak sampai satu jam ke seluruh penghuni istana ini..."

Lee Gon menatap wanita itu dengan geli. "Bukankah itu bukan gosip? Itu kenyataan, sayang," katanya yang semakin ingin menggoda wanita itu.

"Justru itu lebih buruk lagi. Haruskah aku bersembunyi dari mereka sepanjang hari ini?" ratap Jeong Tae-eul.

Overstepping of The FATE (THE KING : ETERNAL MONARCH 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang