2. DUA

2K 175 37
                                    

Happy reading, guys...

***

Lee Gon baru saja tiba di istana setelah mengantar Jeong Tae-eul ke Republik Korea. Kini ia siap lagi menjalani hari-harinya sebelum tiba waktu akhir pekan berikutnya. Langkah santainya langsung terhenti tatkala melihat Kepala Wanita Istana Noh yang melangkah cepat-cepat ke arahnya. Mungkin Jo Yeong telah memberitahukan kedatangannya.

"Noh Sanggung? Ada apa?" tanya Lee Gon begitu wanita tua itu sudah ada di hadapannya. Lee Gon dapat melihat raut wajah wanita itu yang tampak cemas. Apakah ada berita buruk?

"Pyeha... Buyeong-gun Mama..." Kepala Wanita Istana Noh tidak melanjutkan ucapannya. Namun raut wajahnya tak berubah. Dia juga tampaknya habis menangis, terlihat dari mata tuanya yang masih merah dan berair.

Sementara Lee Gon hanya bisa terpaku. Ia seperti merasakan deja vu ketika garis waktu belum diubah. Ia teringat ketika Sekretaris Mo memberitahukan kematian pamannya pada Lee Gon sambil menangis waktu itu.

"A...apa yang terjadi pada Paman?" tanya Lee Gon pelan. Wajahnya tampak kaku.

"Pangeran Buyeong ditemukan pingsan di ruang kerjanya tadi malam. Sampai sekarang ia belum sadar," kata Kepala Wanita Istana Noh yang kini tak dapat menahan air matanya lagi.

Lee Gon merasa sedikit lega. Setidaknya kejadian lalu tidak terulang lagi. Meskipun begitu, dia tetap merasa cemas. Ia langsung memeluk Kepala Wanita Istana, berusaha menenangkannya.

"Paman pasti baik-baik saja. Dia harus baik-baik saja," kata Lee Gon meyakinkan dirinya. Dia berusaha menenangkan Kepala Wanita Istana Noh dan juga dirinya sendiri dengan kata-kata itu.

"Dimana dia sekarang?" tanya Lee Gon kemudian setelah melepaskan pelukannya.

"Dia masih dirawat di rumahnya. Kondisinya masih dipantau oleh dokter. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengannya. Dia seorang dokter, profesor pula. Tapi dia sampai tak sadar bahwa dirinya juga sakit. Dia selalu sibuk dengan jurnal-jurnal dan penelitiannya itu," kata Kepala Wanita Istana Noh setengah menggerutu, tapi wajah cemasnya tak hilang sama sekali.

Lee Gon menyentuh kedua bahu wanita tua itu. "Kau tenang saja dan beristirahatlah. Sekarang aku akan pergi ke rumahnya dan melihatnya."

"Ye, Pyeha. Jika dia sudah bangun bicaralah padanya. Mungkin jika kau yang bicara dia akan mendengarkan. Sejak dulu hingga sekarang dia tak pernah mau mendengarkanku. Dia selalu tertawa setiap kali aku menasehatinya."

"Astaga kepalaku. Astaga jantungku." Samar-samar Lee Gon masih dapat mendengar suara wanita tua yang sudah merawatnya sejak kecil itu. Lee Gon masih belum melangkah, baru setelah tubuh Kepala Wanita Istana Noh sudah hilang dari pandangannya ia pergi dari sana.

***

"Bagaimana keadaanya?" tanya Lee Gon pada Profesor Hwang, dokter pribadi keluarga kerajaan.

"Keadaannya sudah membaik, tapi beliau masih harus beristirahat selama satu bulan untuk bisa beraktivitas kembali. Sepertinya beliau terlalu kelelahan dan banyak pikiran, Pyeha," jelas Profesor Hwang seraya menunduk hormat, lalu pergi.

Lee Gon menatap nanar sosok pria tua yang masih tampak memejamkan matanya itu. Perlahan Lee Gon mendekati ranjang pamannya dan duduk di kursi yang sudah didekatkan ke tepi ranjang. Iapun meraih tangan keriput pria tua itu dan menggenggamnya. Tangan dari pria tua yang sudah merawat dan menyayanginya melebihi anaknya sendiri.

Beberapa saat kemudian Lee Gon merasakan pergerakan pelan dari tangan yang tengah digenggamnya. Dan tak lama dari itu mata Lee Jong-in perlahan terbuka dan mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan netranya dengan cahaya di ruangan itu.

Overstepping of The FATE (THE KING : ETERNAL MONARCH 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang