44. EMPAT PULUH EMPAT

1.8K 202 276
                                    

Happy reading guys 🤗🤗🤗

***

Koo Seo-gyeong keluar dari mobilnya. Ia menatap bangunan gereja di hadapannya lalu pada beberapa pengawal yang tampak berjaga dan berkeliling dengan posisi siaga. Ia menghela napas dan melangkah menuju salah satu pengawal yang berdiri di pintu masuk gereja itu.

"Apa Hwanghu-mama masih di dalam?" tanyanya pada pengawal itu.

"Ye, Hwanghu-mama masih berdoa," jawab pengawal itu.

"Aku akan menemuinya," kata Koo Seo-gyeong sambil melangkah masuk, meninggalkan pengawal yang menunduk hormat padanya. Koo Seo-gyeong mengabaikannya, ia tak pernah terbiasa dengan sikap banyak orang yang terkesan lebih menghormatinya sejak reputasinya dikenal sebagai 'kakak Ratu'.

Di dalam gereja Koo Seo-gyeong melihat seorang pengawal yang berdiri tak jauh dari seorang wanita yang duduk membelakanginya di barisan depan. Ia melangkah melewati jalan yang terbentuk di antara barisan panjang kursi-kursi gereja, melewati dua pengawal yang salah satunya wanita yang sering dilihatnya selalu mengikuti ke mana pun 'adiknya' itu pergi. Ia tiba di samping Jeong Tae-eul dan mengamati sejenak raut wajah wanita itu yang tampak tengah berdoa sambil memejamkan matanya, lalu pandangannya pun turun pada perut wanita itu yang sudah begitu besar. Koo Seo-gyeong menghela napas. Setitik rasa iba muncul di hatinya. Ini pertama kalinya lagi ia mengunjungi Jeong Tae-eul sejak wanita itu dikabarkan mengandung. Sering kali mereka hanya bertemu di luar istana atau Jeong Tae-eul yang datang mengunjunginya. Meskipun tujuan utamanya adalah untuk memperkuat kesan persaudaraan mereka, Koo Seo-gyeong tak menampik bahwa ia mulai terbiasa dengan reputasinya sebagai kakak dari wanita itu. Ia merasa terbiasa, seolah-olah ia memang sungguh-sungguh memiliki adik. Perlahan, ia menganggap Jeong Tae-eul sebagai saudaranya. Dan Koo Seo-gyeong tahu bahwa Jeong Tae-eul pun merasakan hal yang sama.

Jeong Tae-eul yang merasakan ada seseorang yang tengah mengamatinya dengan perlahan membuka matanya. Ia mendapati 'kakaknya' tengah mengamatinya.

"Kau datang?" sapa wanita itu.

"Kau tampak menyedihkan," kata Koo Seo-gyeong mengabaikan sapaan Jeong Tae-eul. Seperti biasanya, ia tak pernah menahan kata-katanya.

"Aku tahu," balas Jeong Tae-eul, berusaha tersenyum.

"Sejak kapan kau di sini?" tanya Koo Seo-gyeong sambil duduk di samping Jeong Tae-eul.

"Sejak semalam, kupikir. Entahlah, aku tidak menghitung waktu. Waktu terasa jauh lebih lama bagiku akhir-akhir ini," kata Jeong Tae-eul tanpa menatap lawan bicaranya. Ia menatap lurus ke depan, ke arah patung di atas salib.

Koo Seo-gyeong menatap tubuh Jeong Tae-eul lekat-lekat. Kendati jarang bertemu, ia sadar bahwa tubuh 'adiknya' tampak lebih menyusut. "Tubuhmu tampak sangat kurus. Kau tidak melewatkan waktu makanmu bukan?" tanyanya.

"Jangan khawatir. Aku berusaha memaksakan diri untuk makan. Aku harus memberi makan bayiku," jawab Jeong Tae-eul.

Koo Seo-gyeong mengangguk. "Baguslah," katanya.

Koo Seo-gyeong menanyakan beberapa hal lain, yang dijawab Jeong Tae-eul dengan sebisanya. Ia pun ikut menanyakan beberapa hal pada Koo Seo-gyeong, seperti pekerjaannya, kabar ibu dan kakak angkatnya, dan juga hal-hal lainnya. Mereka berbincang selama beberapa saat, membuat Jeong Tae-eul untuk sejenak dapat mengalihkan pikirannya dari segala gejolak yang dirasakannya setelah mendengar kabar terakhir dari medan pertempuran.

"Apa yang terjadi?" tanya Jeong Tae-eul. Perasaannya yang sempat membaik langsung memburuk kembali saat mendapati raut wajah mereka.

"Pihak Jepang menginginkan negosiasi. Mereka secara langsung mengundang Pyeha ke Kapal Aegis milik mereka," kata Myeong Seung-a.

Overstepping of The FATE (THE KING : ETERNAL MONARCH 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang