Happy reading guys 🤗🤗🤗
***
Sepasang tugu yang dialiri sulur-sulur cahaya kemerahan muncul secara tiba-tiba di dalam hutan bambu yang gelap itu, lalu beberapa saat setelahnya terdengar suara derap langkah kaki kuda diikuti kemunculan sosok kuda putih yang ditunggangi sepasang pria dan wanita dari antara tugu itu. Sosok pria yang tak lain adalah Lee Gon memegang pecut sekaligus tali kekang si kuda dengan sebelah tangannya, sementara tangannya yang lain memeluk tubuh sang istri di depannya. Tubuh keduanya saling menempel dengan sangat erat.
"Kali ini aku bisa memastikan kita sampai di tempat dan waktu yang tepat," kata Lee Gon dengan nada bangga.
Selang tiga detik setelah kata-kata itu keluar dari mulut Lee Gon, terlihat sorotan-sorotan senter diikuti derap langkah kaki beberapa orang yang berlari. Para pengawal istana.
"Pastikan dulu kebanggaanmu itu," cibir Jeong Tae-eul, dengan nada geli.
"Aku sudah memastikannya, tapi mungkin situasi yang kita hadapi selalu sama setiap kita kembali pada waktu seperti ini," bantah Lee Gon.
"Pedang Abadimu pasti sudah menginstruksikan para pengawal untuk mengawasi tempat ini. Karena itulah mereka langsung kemari begitu kita datang," kata Jeong Tae-eul.
"Mereka benar-benar melakukan pekerjaan mereka dengan sangat baik. Ayo kita sambut kedatangan mereka," sahut Lee Gon dengan nada penuh arti yang tidak disadari oleh Jeong Tae-eul.
"Mwo? Bagaimana caranya?" tanya Jeong Tae-eul bingung.
"Lihat aku," pinta Lee Gon.
Jeong Tae-eul menuruti perkataan Lee Gon, ia berbalik. "Kenapa hmmph..." Pertanyaan yang hendak keluar dari mulut wanita itu tak selesai karena begitu dirinya berbalik ke arah Lee Gon, pria itu langsung membungkam bibirnya.
Jeong Tae-eul terkejut dengan tingkah Lee Gon. Ia meletakkan kedua tangannya di dada pria itu, berusaha mendorongnya menjauh sambil menarik dirinya sendiri sebelum para pengawal tiba di sana. Dirinya tak akan punya muka lagi di hadapan para pengawal itu jika mereka mendapati keadannya saat ini. Namun pria itu sama sekali tak memedulikan usahanya. Lee Gon tak melepaskan dirinya, suaminya itu menahan bagian belakang kepalanya dengan cukup kuat hingga ia tak bisa bergerak, bahkan hingga Jeong Tae-eul merasakan sinar senter yang disorotkan oleh pengawal mengenai wajahnya. Jeong Tae-eul merasa ingin mengubur dirinya saat itu juga.
"Pyeha, Hwanghu-mama," sambut para pengawal itu sambil menunduk, entah karena hormat atau karena enggan melihat perbuatan Raja dan Ratu mereka. Namun jika melihat wajah merah Jo Yeong yang posisinya paling di depan di antara para pengawal itu, sepertinya dugaan kedua lebih mendekati kebenaran.
Seolah baru menyadari kedatangan para pengawal itu, dengan gestur dan raut polosnya, Lee Gon melepaskan tautan bibirnya dari bibir Jeong Tae-eul, membuat wanita itu langsung menenggelamkan wajahnya di bahu suaminya.
"Kau membuatku tak punya muka lagi di hadapan mereka," bisik Jeong Tae-eul geram membuat Lee Gon tersenyum geli.
Lee Gon tersenyum polos menatap para pengawal di hadapan mereka. "Para pengawal mundur sepuluh langkah," perintah Lee Gon. "Ratu kalian terlalu terkejut untuk mengangkat wajahnya," tambahnya yang langsung dihadiahi cubitan oleh Jeong Tae-eul.
Para pengawal menuruti perintah Lee Gon termasuk Jo Yeong. Kali ini ia tidak lagi menunggu perintah Lee Gon untuk ikut mundur bersama para pengawal lainnya.
"Siapkan speedboat. Kita akan ke istana melalui jalur laut," perintah lagi Lee Gon setelahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Overstepping of The FATE (THE KING : ETERNAL MONARCH 2)
FanfictionLee Lim yang mengacaukan keseimbangan kedua dunia sudah berhasil ditumpas. Para komplotannya pun mungkin sudah berhasil diatasi. Keseimbangan dunia pun sudah kembali. Lee Gon dan Jeong Tae-eul pun juga sudah kembali bersama. Tapi apakah semua itu su...