27. Resistance

65.1K 7.6K 2.1K
                                    

Hi, cepet kan updatenya? 2.5k votes, nanti I update cepet lagi 💅💅💅

***

Keira tidak lagi menghitung sudah berapa lama dia menganggur. Status pengangguran itu awalnya sangat menganggu bagi perempuan ambisius dan gila kerja seperti Keira. Ada banyak orang yang mentertawakan nasibnya. Entah rekan kerjanya dulu di AMP Lawfirm, Sania, Martha, bahkan Ghidan yang melihat kesialan Keira sebagai kemenangan baginya.

Sebanyak apapun Keira meyakini dirinya tetap sama saja, tentu terdapat bagian dirinya yang berubah tanpa izinnya. Keira mulai betah diam di rumah padahal dulunya itu semengerikan neraka. Di hari tertentu, dia bisa terlelap selama dua belas jam perhari.

Keira berkilah menjadikan situasi ini sebagai momen memperbaiki diri. Buktinya, dia punya banyak waktu untuk bertengkar dengan Ghidan. Dia juga bahagia akhirnya bisa memiliki kolam ikan yang sempit di belakang rumah. Walau ikan koi kesayangannya sudah tiga yang mati mengenaskan karena nekat melompat ke kolam renang yang jaraknya tak jauh, tetapi gagal.

You should know your limit and place, itu pelajaran yang Keira dapatkan saat melepas kepergian Vini, Vidi dan Vici. Tidak mengetahui batas dan tempat dapat mengantarkan pada kemalangan tak diinginkan. Dan rupanya, itu juga yang disematkan Pak Adiguna di telinganya sebelum menendangnya keluar dari kantor, kemudian dituduh melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.

Baiklah, mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mengenang ikan-ikan yang tulang-berulangnya pun sudah musnah diperut kucing jalanan. Keira mendengar namanya disebut oleh barista, Americano dinginnya sudah disediakan di depan mata.

Perempuan itu tersenyum sopan, mengambil kopi pahit miliknya lalu duduk di kursi meja untuk dua orang yang kosong.

Kopi, pagi hari dan area perkantoran menjadi teman untuk hatinya yang juga kosong. She is supposed to love this kind of vibe. Sadly, she feels totally nothing.

Rasanya, Keira ingin pulang kemudian melanjutkan tidur saja. Jam berapa dia tertidur tadi malam? Tiga? Empat? Yang jelas, dia bangun pukul lima lewat dengan posisi Ghidan yang mendekap tubuhnya erat. Otot lengan pria itu pasti terasa kesemutan karena ditindih dalam waktu yang lama.

Walau setelah tersadar, Ghidan malah bertingkah menyebalkan, cenderung mengecewakan. Dia melupakan begitu saja apa yang terjadi sementara Keira tidak dapat melupakannya. Untungnya, seorang Keira mahir menahan diri untuk tidak berharap lebih pada manusia. Jadi, dia terbebas dari patah hati yang berlebihan pula.

"Hei." Seseorang menepuk bahunya, membuat Keira menolah. "Sorry, I am late. Lo udah lama?"

"Barusan," balas Keira. "Gue yang datengnya kecepatan."

"It's still my bad, gue seharusnya memperkirakan itu dan dateng lebih cepet karena gue yang ngajak," lanjutnya dengan raut bersalah, lalu duduk di bangku kosong depan Kaira.

"Gak mau pesen dulu?"

"Gue bawa air." Pria yang mengenakan batik itu menunjuk tumbler yang ia pamerkan di atas meja. "Lagi diet kafein."

"Emang boleh?"

"Nggak tahu."

Keira berdecak, matanya memicing. "Ckckc, gue gak heran sih kalau ini punya bapak lo."

"Semua aja punya bapak gue?"

"Kan emang?"

"Gak usah lebay," balas pria itu sewot.

Pradanu Athira Harsjad. Keira mengenal pria yang ia panggil Danu ini sejak SMP. Walau tahu nama belakangnya yang penting itu sejak mendekati kelulusan SMA.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang