33. Player

60.6K 7.3K 1K
                                    

17+

***

Selama dua tahunan terakhir, Keira lebih suka tidur sendiri. Mendapati seorang lelaki tanpa busana terlelap di sebelahnya membuat mata Keira yang baru bangun tidur langsung terbelalak. Dia bahkan menahan pekikannya.

Well, okay, it's too much. Mengingat Keira beberapa kali tidur bersama Bimbie, atau mantan-mantan pacarnya, atau bahkan pria ini sekalipun, tidak seharusnya dia mengeluarkan reaksi berlebihan.

Masalahnya, Ghidan biasanya bangun lebih dulu. Atau pria itu akan langsung pindah kamar pun mengusir Keira keluar dari kamarnya jika apa yang dia mau telah dia dapatkan. Mungkin apa yang terjadi semalam terlalu panjang hingga mereka berakhir tidur seranjang.

"Siapa suruh sok jago sampe main tiga ronde segala?" tanyanya pada Ghidan yang tertidur begitu nyenyak, tampak kelelahan.

Dalam hati, perempuan itu merespon sendiri. 'Tapi, emang jago, sih? Buktinya malah elo yang nagih karena keenakan!'

Keira menggeleng sendiri. 'No, I played better! Ya jelas lah enak, berkat gue! I am a pro player!"

Seorang Keira mana sudi mengakui kehebatan Ghidan. Pokoknya harus dia yang lebih baik, lebih hebat, lebih kaya, lebih sempurna dan lebih segala-galanya dari suaminya itu. Dia yang harus jadi pemenang! Itu yang tertanam pada kepalanya sejak awal. Sampai sekarang pun, dia sangsi mengakui kalau situasi sudah berubah. Keira masih percaya diri kalau dia bisa mengambil alih situasi. Kapan sih seorang Keira tidak percaya diri?

Bukannya turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin sebagaimana rutinitasnya setelah bangun tidur, perempuan itu menggeser tubuh telanjangnya ke samping kanan, menutup jarak antara dirinya dan Ghidan yang hangat.

Keira memperhatikan wajah itu. Kemana saja dirinya sampai baru sadar kalau suaminya ini sangat enak dipandang? Keira sampai senyam-senyum sendiri. Terbawa suasana, dia malah memeluk tubuh itu, lalu meletakkan hidungnya di rahang pria itu yang indah. Pelukannya makin erat seiring dengan pahanya yang merapat.

Oh shit, she is horny ... again. Mungkin karena dia baru selesai menstruasi. Asal tahu saja, turn on bukan hanya untuk laki-laki, tapi perempuan juga. Malah perempuan bisa lebih parah. Lalu, kenapa pemerkosaan atau pelecehan seksual mayoritas dilakukan laki-laki? Sesederhana karena perempuan lebih hebat dalam mengontrol dirinya. Karena hal ini, Keira bangga dengan gendernya.

Menyadari apa yang baru dia lakukan, Keira buru-buru Keira menjauh sebelum Ghidan terbangun dan menangkap basah dirinya yang mencoba melakukan pelecehan seksual terhadap pria itu. Apa lagi pria itu sempat membuat aturan kalau Keira tidak boleh menyentuhnya seenaknya, tapi dia boleh menyentuh Keira sesuka hatinya. Kapan saja dan di mana saja. He really treated her like a sex slave.

'Sabar, Kei! One day, Ghidan yang bakal jadi sex slave kamu! Dan kamu bisa balas apa aja yang dia lakuin ke kamu!'

Hanya dengan memikirkan itu, Keira lagi-lagi tersenyum cerah. Dan merasa makin horny. Tangannya bahkan sudah berada di tengah selangkangannya yang masih basah. Keira mandiri perempuan mandiri yang bisa memuaskan diri sendiri. Menurutnya, sehebat apapun skill orang lain dalam hal seks, tetap saja tidak ada yang lebih hebat dari dirinya dalam memuskan diri sendiri.

Pinggulnya bergerak naik. Pahanya semakin merapat. Matanya terpejam. It's so good! Masalahnya, kenapa tidak ada apa-apanya dibanding yang dilakukan Ghidan padanya? Padahal, dia membayangkan pria yang tertidur di sebelahnya itu yang melakukannya. Dia butuh Ghidan yang langsung melakukannya.

Rasanya aneh mengingat Keira pernah sangat tidak menyukai sentuhan pria ini, permainan Ghidan juga sempat terasa begitu hambar, membuatnya tidak betah melakukan seks, kalau perlu tidak usah sama sekali. Terlihat jelas Keira membencinya sampai Ghidan merasa direndahkan dan frustasi sendiri.

"It was not your fault," bisik Keira akhirnya. "It was my body who could not accept it."

Sex might be amazing, but somehow, it can be painful too.

'Aku beneran takut hamil,' katanya dalam hati. Bukan karena pernah keguguran 6 tahunan lalu, tapi karena dia pernah aborsi. Sekitar 2 tahunan lalu. Mungkin hampir tiga tahun. Keira tidak sanggup untuk mengingatnya lagi. Dan rupanya, itu menjadi luka terbesar yang membuat Keira kesusahan menyelamatkan dirinya, untungnya dia berhasil dan melupakannya.

Masih pagi, dan pikirannya mendadak sedih. Suara notifikasi handphone membuat perempuan itu salah fokus. Hanya perlu sedikit mengangkat kepalanya, Keira dapat melihat layar ponsel menyala yang tergeletak di sebelah Ghidan yang tertidur.

Pesan dari Aruna. Tiga yang masuk. Entah apa yang merasuki Keira hingga dia lancang mengambil handphone itu untuk melihat isinya. Sayangnya, pesannya tersembunyi, kuncinya harus dibuka dulu baru bisa dibaca. Sedangkan Keira tidak tahu apa passwordnya.

Keira tersenyum miris, terbayang betapa 'dekatnnya' hubungan mereka. Terbayang apa saja yang bisa diperbuat Ghidan demi Aruna. Keira yakin kalau Aruna memiliki keberanian lebih dan meminta Ghidan meninggalkan Keira, pria itu akan serta merta melakukannya. Karena bagi Ghidan, kini Aruna segalanya. Dan Keira tidak berhak mengganggu hubungan pria itu dan Aruna mengingat dialah yang membuat Ghidan berubah. Dia juga yang membuat Ghidan tidak bahagia.

Perempuan itu menghembuskan napas panjangnya. Ada yang bilang kalau rasa sedih bisa membuat orang menjadi jahat. Mungkin sekarang Keira merasa sedih, makanya dia menggeser layar handphone Ghidan ke kiri, menampilkan menu kamera. Tubuh bagian atas mereka berdua sama-sama tidak mengenakan apa-apa, pun jelas mereka baru selesai melakukan seks.

Dia menutup payudaranya dengan selimut sebelum mengambil beberapa fotonya dengan Ghidan yang masih belum bangun juga. Melihat hasil-hasilnya di mana beberapa pose yang bisa bikin siapapun salah paham, Keira tersenyum puas sendiri. Beberapa foto juga terlihat jauh lebih bagus dari ekspektasinya.

Ini memang pelanggaran privasi, dan bertentangan dengan moralitas yang Keira percayai. Lagipula, dia tidak bisa mengirimnya langsung pada Aruna. Kalaupun dia nekat melakukannya, bisa-bisa Ghidan betulan membunuhnya.

Foto ini bisa saja menjadi bom waktu, kalau Ghidan tidak beruntung dan tidak mengecek gallery-nya. Cepat atau lambat, itu bisa menjadi sebab pertengkarannya dengan Aruna. Tapi, kalaupun tidak, yasudah, lumayan untuk kenang-kenangan.

Well, memang seharusnya Keira tidak berbuat apa-apa, toh dia tidak berhak, sebagaimana dulu Ghidan yang tidak berbuat apa-apa kepada pacar-pacarnya meskipun dia suaminya.

Namun, tidak ada salahnya kan berusaha? Keira yakin dia berbakat dalam hal merusak perasaan orang.

TBC

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang