42. Peace

73K 8.4K 2.1K
                                    

Karena keaknya banyak yang siders di part ini, only update setelah votes 3,5k+. Thank you xoxo

Edited.

***

Salah satu definisi kebahagiaan bagi Ghidan adalah terbangun di pagi hari dengan Keira di sisinya. Meskipun di lantai tanpa alas paling dingin sekalipun, dia yakin itu tetap menjadi tempat paling nyaman sekaligus paling aman. Namun, tidak mungkin dia membiarkan Keira tidur di lantai yang dingin. For him, she deserved all good things in the world. Makanya, sejak awal dia selalu mengusahakan agar rumah tangga mereka berkecukupan. Dan merasa sangat bersalah di masa ketika mereka tak cukup.

Pagi ini, dia terbangun dan mendapati Keira dalam pelukannya. Perempuan itu masih terlelap begitu pulas. Pernikahan yang sudah memasuki angka delapan seharusnya membuat hal ini menjadi sesuatu yang biasa. Sayangnya pada pernikahan mereka, ini merupakan peristiwa yang sangat langka. Ditambah semalam Keira mau-mau saja diajak untuk melakukan hubungan suami istri tanpa diawali drama yang membuat Ghidan il-feel duluan.

Apakah hal sederhana ini masih menjadi definisi kebahagiaan bagi Ghidan? Pada detik ini, pria itu pun mencari-cari jawabannya.

Banyak koleganya yang tidak tahu kalau Ghidan sebenarnya (masih) punya istri, sampai ke titik dia sendiri pun merasa tidak lagi punya istri. Dia dan istrinya tidak hanya tidur terpisah, akan tetapi juga merahasiakan pernikahan mereka semampunya.

Pria yang baru membuka matanya itu jadi mengingat-ingat. Kapan terakhir kali dia dan Keira ke kondangan bersama-sama?

Kapan terakhir kali Keira menghadiri workshop atau acara kantornya sebagai istrinya?

Kapan terakhir kali Keira menemaninya untuk mendekatkan diri dengan relasi bisnis seperti bermain golf atau tennis?

Jawabannya tidak pernah. Kalaupun pernah, pasti sudah lama sekali sampai Ghidan pun lupa.

Ada satu pertanyaan lagi yang menggantung untuk dirinya sendiri. Kapan terakhir kali mereka nonton, makan, atau sekadar mengobrol hal-hal yang tidak berguna tanpa ada yang naik darah?

Jika pertanyaan tersebut ditanyakan empat bulan lalu, jawabannya kurang lebih sama dengan yang sebelumnya, yaitu tidak pernah lagi. Namun, untuk saat ini, pada detik ini. perlahan mereka mulau menjalaninya kembali, walau tentu saja dihiasi dengan pertengkaran tak perlu atau karena paksaan Arsen.

Sekali lagi, pria itu menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak dia ketahui apa jawabannya. Apakah dia puas? Apakah ini cukup?

Pria itu melirik ke arah Keira yang masih dia peluk. Tidak peduli tangannya terasa kesemutan karena berada di posisi ini dalam waktu yang cukup lama.

Tadi malam, Keira membuka isi pikirannya yang biasanya ingin dia simpan sendiri. Meskipun masih menolak mengakui, jelas kalau kembali Arsen ke rumah ibu kandungnya menjadi salah satu sebab kegalauan Keira tempo hari. Jujur, Ghidan juga maunya Arsen terus tinggal di sini bersama mereka. Anak itu merupakan teman yang baik untuk Keira, juga enak diajak mengobrol mengenai apa saja. Ghidan juga menyukai anak kecil, jadi Arsen sama sekali tidak merepotkan untuknya. Masalahnya, apa yang bisa mereka lakukan? Arsen itu anak di bawah umur yang masih punya orang tua.

"Makanya punya anak sendiri, biar tempat pulangnya ke kamu," ucap Ghidan menyindir.

Beruntung, Keira tidak serta merta mengusirnya keluar. Nampaknya kebencian perempuan itu terhadap Ghidan perlahan mulai berkurang. Keira juga mengizinkan Ghidan tidur di kamarnya sampai pagi. Seingat Ghidan, dia bahkan belum pernah tidur di kamar ini dalam suasana hati yang tenang sebelumnya. Ah, diberi password pintu kamarnya saja tidak pernah.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang