"HUACIM!" Keira menutup mulut dan hidungnya yang tertutup masker dengan siku. Dalam beberapa jam terakhir, dia sudah bersin dan buang ingus berkali-kali. "Gara-gara Ghidan nih nularin virus ke gue!" keluhnya kesal karena sejak kemarin mendapati gejala flu.
"Siapa suruh skidipapap swadeekap pas doi lagi panasonic?"
"I was drunk,. Ih, untung gak aku laporin ke polisi bungkus orang pas lagi mabok!"
"Ckck, yeiy terobsesi banget laporin dese ke polisi."
"Habisnya dia gak bertanggung jawab, sih."
"Emang yeiy bunting?"
"Heh, jaga tuh mulut!" balas Keira nyolot. "Gue sampe minum morning pill lagi buat jaga-jaga."
"Sejak kapan sih kamu jadi childfree? Perasaan dulu biasa aja."
"Sejak having children ain't a good idea, at least for me."
Bimbie hanya cekikikan sinis mendengar jawaban Keira, padahal mereka berdua sama-sama tahu betapa Ghidan ingin punya anak. Jangankan menuruti kemauan itu, melakukan hubungan badan saja Keira nyaris tak sudi. Setidaknya akhir-akhir ini Keira tidak separah dulu karena dia mulai ketagihan bercinta dengan Ghidan. Dia memang tidak mungkin mengaku secara terang-terangan, tapi Bimbie tahu kalau Keira sedang berada dalam fase horny-nya.
Sambil mendorong trolley ke bagian perlengkapan mandi, Keira memasukkan sikat gigi dan odol secara random ke dalam trolley. Mata Bimbie hampir keluar melihat jenis sabun mandi yang dimasukkan Keira.
"Are you serious, Nek? Gak kering tuh kulit?"
Perempuan itu berbalik ke arahnya, menatap datar ke mata Bimbie. "Bimbie, please. It's not the right time to be a toxic friend," balas Keira cuek. Ia kemudian memasukkan sampo yang membuat kepala Bimbie mendadak gatal tanpa sebab.
"Eike beliin deh tuh L'occitane dan Kerastase," ucapnya lagi, bermaksud baik.
Sejujurnya, Bimbie merasa kasihan pada Keira. Bukan kasihan seperti beberapa teman perempuan itu yang mengatakan kalau mereka kasihan, padahal hanya ingin membuat perasaan mereka lebih baik menyadari ada Keira yang lebih susah.
Seumur-umur, Keira tidak pernah susah secara finansial. Dia terlahir di keluarga kaya dengan kondisi keuangan stabil, ditambah perempuan itu memiliki banyak keahlian yang dapat membuatnya menghasilkan uang dengan mudah. Namun, keadaannya saat ini memang memprihatinkan sampai dia menganggur dalam waktu yang lama, ditambah skandal perusahaan ayahnya yang memanas makin menghiasi media.
Dunianya jungkir balik, Bimbie mungkin lupa caranya tersenyum apabila berada di posisi Keira.
"Bim, look at my face," ucap Keira tiba-tiba setelah membuka maskernya sebentar, memaksa Bimbie melihat ke wajahnya.
"There are some pimples on your cheek," komentar Bimbie.
"But?" Keira meminta kelanjutannya.
Bimbie pun memperhatikan penampilannya dengan seksama. Keira mengenakan satin scraft duapuluh ribuan dengan mayoritas berwarna merah yang ia styling untuk dijadikan atasan, rok denim setengah paha dan sepatu kets berwarna hitam. Sejak tadi, beberapa orang sampai bolak-balik di belakang mereka, entah hanya untuk melihat punggung Keira atau penasaran dengan wajahnya.
"But you still look so stunning."
"Nah, you get the point," balas Keira congkak. Bimbie memutar bola matanya malas. Untung Bimbie sudah terbiasa dengan kecongkakan Keira yang tahu kalau dia cantik, dan tidak segan flirting dengan orang-orang yang tampak tertarik padanya. "So, better save your money for yourself, you don't know how to do that but I know how to save mine."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...