Keira seharusnya berhenti mengingat kata-kata yang keluar dari mulutnya tadi agaknya keterlaluan. Jelas itu sebab Ghidan tersinggung dan mengusirnya keluar dari kamarnya. Sayangnya, Keira tetaplah menjadi Keira. Dibandingkan merasa bersalah, dia malah lebih kesal karena Ghidan telah menolak ajakannya paling ekslusifnya untuk bercinta.
"How could he?" decihnya tidak percaya di depan pintu. Perempuan itu kemudian berjalan menuruni tangga untuk menuju ke kamarnya. Sesampai di sana, Keira langsung berdiri di depan kaca yang mencerminkan penampilannya.
"I am still pretty, right?" tanyanya pada kaca tersebut, persis kelakuan Evil Queen saat menemukan kaca ajaibnya. Well, Keira memang kerap kali bertingkah layaknya si jalang narsis yang menyebalkan. Namun, percayalah, tidak seoranpun pernah mengatakan kalau Keira buruk secara fisik. Kepribadiannya mungkin buruk, sayangnya mati tidak dapat dibohongi.
Keira mewariskan perpaduan sempurna gen ibunya yang keturunan Jerman-Korea dan ayahnya yang Jawa-Melayu. Hidungnya macam perosotan, kulitnya cerah bersih, alisnya tebal, bulu matanya lebat, warna matanya cokelat terang, bibirnya ranum. Memang banyak perempuan dengan deskripsi tersebut. Namun, Keira berada di level berbeda berkat kepercayaan dirinya yang tinggi. Dia tidak hanya menarik secara fisik, tetapi juga seksual. Buktinya, kemanapun ia pergi, pasti ada saja manusia yang mendongak kagum atau mengajak kenalan dengan harapan bisa bercinta dengannya, tidak peduli laki-laki atau perempuan.
Jadi, ketika suaminya sendiri mengusirnya keluar dan mengatakan kalau pria itu tidak tertarik ketika dia hanya pakai bikini, Keira merasa harga dirinya yang paling berharga diinjak-injak lalu dibuang ke kotak sampah. Benar-benar tragedi memalukan yang mengganggunya.
"How could he deny this kind of face and body?" tanyanya dramatis. Masih tidak terima, perempuan itu membuka lemari pakaiannya, mengambil random salah satu outer lalu menggunakannya karena dia mulai kedinginan. Mengingat apa yang ia pakai, Keira tidak heran kalau sampai masuk angin.
"Dia pikir, aku bakal diam aja?" rutuknya kesal, masih bermonolog sendiri. Makin dia mengingat apa yang dilakukan Ghidan dan pria itu yang tidak tertarik, makin dia merasa ingin menghancurkan sesuatu.
Oh, tentu saja seorang Keira mulai jadi orang aneh karena menganggur cukup lama. Tiba-tiba terlintas ide di kepalanya untuk membalas Gnidan segera.
Ia berjalan ke meja hias megah yang didominasi warna putih dan diperindah dengan hiasan perak. Buru-buru ia membuka satu persatu laci untuk mencari sesuatu. Senyum licik terukir di bibirnya saat menemukan apa yang ia cari. Sebuah kunci berwarna emas yang kini agak berdebu. Bukankah tadi sudah ia katakan kalau kamar Ghidan merupakan kamarnya juga? Jadi, ia berhak untuk masuk ataupun berada di sana kapanpun ia mau.
Perempuan itu melangkah keluar setelah mendengar kalau Ghidan sudah meninggalkan rumah. Tanpa memastikan lebih lanjut, dia naik ke lantai atas. Langkahnya berhenti sebentar diujung tangga, mendapati rak berisikan kumpulan stick golf. Tanpa pikir panjang, ia mengambil salah satu dan mengenggamnya erat.
"I am still the winner!" ucapnya sinis sebelum memasukkan kunci ke handle pintu lalu memutarnya.
Dan dia siap memulai perang yang mungkin saja akan makin menjerumuskannya.
***
Seingin apapun Keira untuk berhenti, tangannya terus mengayunkan stick golf itu ke arah kasur yang busanya sudah berserakkan di lantai. Sama sekali tidak sadar kalau dia telah bertindak terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...