41. Connection

65.3K 8.9K 2K
                                    

Siapa aja nie yang kangen? Baru enam hari wey 😂😂😂😂😂

***

Menelusuri tangga rumah, Ghidan dapat mendengar suara berisik dari lantai atas ditambah dengan lampu yang menyala. Pria itu mempercepat langkah kakinya, berjalan ke sumber suara yang berasal dari ruangan di sebelah kamarnya. Seharusnya, pria itu sudah bisa menebak siapa yang memasuki wilayah teritorialnya tanpa izin di kala Bi Oda sudah pasti tertidur. Siapa lagi kalau bukan Keira?

Ruangan itu tanpa pintu. Tempat beberapa fitness machine yang jarang ia gunakan terletak. Juga ada samsak tinju yang menggantung di tengah-tenganya. Semenjak Keira memutuskan untuk pindah ke kamar bawah dan perselisihan mereka berlanjut semakin parah, perempuan itu membuat perjanjian mengenai batasan wilayah masing-masing di rumah ini. Isinya memuat Keira menguasai lantai bawah, sementara Ghidan di lantai atas dengan beberapa pengecualian. Ghidan masih boleh menggunakan dapur, sedangkan Keira masih boleh menggunakan perpustakaan, dan kamar tamu.  Melanggar sisanya sama saja menjadi pengecut yang tidak tahu aturan. Mungkin ini alasan Ghidan tidak suka pulang ke rumah ini. Juga alasan kenapa dia marah besar sewaktu Keira mempora-porandakan kamarnya.

Keira melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Apalagi sejak menganggur, sudah berapa kali dia ke lantai atas seenaknya tanpa meminta izin Ghidan dulu sebelumnya?

Mengingat yang pernah terjadi di antara mereka, Ghidan hanya berdiri di ujung dinding yang menjadi jalan memasuki tempat fitness yang dipakai Keira untuk menyiksa samsak di hadapannya dengan brutal. Deru napas perempuan itu makin menjadi, mukanya memerah, tubuhnya bermandikan keringat. Kaos putih tipis yang ia kenakan pun terlihat basah.

Butuh bermenit-menit hingga Keira menyadari kehadiran Ghidan di dinding pembatas, memperhatikannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Ghidan tampak serius sekali. Seketika, perempuan itu menghentikan pukulan cepat pada samsak di hadapannya. Mereka berdua tatap-tatapan dalam kebisuan. Agak lama, lalu Keira menghembuskan napas beratnya.

"I don't think you will come home, ini hari kamis," lirihnya sambil mengelap keringat di pelipis.

Ya, tiap hari kamis, Ghidan memang lebih sering pulang ke kondominiumnya karena memiliki jadwal di club tinju yang rutin dia hadiri. Walau beberapa minggu terakhir nyaris tak pernah lagi. Kalau dipikir-pikir, Ghidan jadi sering menghabiskan waktu kosongnya yang tidak banyak itu bersama Keira.

"You've got what you want, what else now?" tanya pria itu heran.

Keira menang. Tim legal Stheno Group sepakat memberikan apa yang dia mau, walau tetap tidak sebanyak yang dia minta. Tetap saja itu lebih dari cukup. Sedangkan nasib si terduga pelaku di perusahaan, itu tergantung dengan RUPS Luar Biasa yang akan diadakan Senin depan. Yang jelas, tentu mereka tidak akan mengambil risiko mengingat bukti yang Keira pegang lebih dari cukup untuk menghancurkan nama baik perusahaan di mata publik.

Bukannya menjawab pertanyaan Ghidan, perempuan itu malah memberinya tatapan datar. "Mau sparing gak?" ajaknya.

Alis tebal Ghidan naik ke atas. Ini merupakan kesempatan yang sempurna untuk mewujudkan keinginan bawah sadar yang ia idam-idamkan. Saking bencinya Ghidan pada Keira, dia pernah memasang foto Keira di samsak tinju di kondominiumnya, untung perempuan itu tidak pernah menemukannya. Bahkan waktu dia bertanding di club boxing, Ghidan kerap kali membayangkan wajah Keira sampai berkali-kali memenangkan pertandingan secara telak. Bisa bayangkan betapa terobsesinya dia menghancurkan seorang Keira?

"No, you will report me to the police for KDRT."

"I won't," balas Keira cepat. Tatapannya serius sekali, membuat Ghidan ngeri sendiri.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang