"Nu, kayaknya kita salah pilih tempat kedudukan deh!" Keira berucap mengeluarkan pendapat untuk Danu yang sejak tadi sibuk bengong sendiri. "Ini masuk minggu kedua loh, tapi belum ada klien juga?"
"Udah ada dua orang yang tanya-tanya."
"Tapi, mereka semua orang kaya yang gak butuh bantuan hukum cuma-cuma. Gue bilang juga apa, seharusnya kita bikin firma hukum aja!"
Danu hanya cemberut mendengar keluh kesah Keira yang ada benarnya juga. Sementara Keira disibukkan dengan kegiatannya men-styling rambut Linda, si mahasiswi akhir Fakultas Hukum sekaligus anak supir keluarga Danu yang terjebak magang di LBH ini. "Iya, ini tempatnya kurang strategis, Kak," sambung Linda ikut-ikutan berkomentar.
Bagaimana tidak? Kantor LBH yang dinamakan 'Justice Movement' ini terletak di unit salah satu tower termewah di kawasan SCBD. Biaya sewa pertahunnya mencapai ratusan juta, belum termasuk tax and maintance charge. Memang sih, Danu memiliki alasan masuk akal dia memilih berkantor di sini, mereka tidak perlu repot bayar sewa dikarenakan unit ini miliknya. Biaya maintance bisa dialihtagihkan mengingat gedung ini dibangun dan diurus oleh perusahaan keluarganya. Namun tetap saja, letak dan kantornya terlalu mewah untuk tempat kedudukan lembaga bantuan hukum cuma-cuma.
"Tenang. Gue sudah meminta bantuan orang rumah buat cariin kita klien."
"Orang rumah lo circle-nya berduit semua."
"Lin, lo gak punya gitu?"
Linda hanya menggeleng pasrah. Selain pasrah karena tidak punya klien dan yang harus dikerjakan. Dia juga pasrah menjadi bahan eksperimen Keira yang beberapa hari terakhir mendadak gemar mendandaninya saking gabutnya. Untung, hasilnya selalu menakjubkan. Jadi, Linda senang-senang saja.
Menyadari Danu terus-menerus memandang ke arahnya, Keira kembali mengeluarkan suaranya. "Lo ngapain liatin gue mulu?"
Danu menggeleng, "Kantor laki lo di tower sebelah tuh, gak mau mampir?"
Keira berdecak. Ya, kantor Ghidan tidak jauh dari sini. Tidak bersebalahan langsung juga, hanya berbeda beberapa gedung yang dapat ditempu jalan kaki. "Ngapain?"
"Siapa tahu lo kangen kan?"
"Lo gabut apa gimana sih, Nu, ampe nanya yang beginian?"
Danu mengangguk. Kemarin-kemarin, dia sampai menonton Drama Korea hasil rekomendasi dari Linda. Namun, kini, dia betulan bingung mau mengerjakan apa. Segala tetek bengek perizinan dan pendaftaran yayasan sudah ia kerjakan semua, walau masih harus menunggu sampai disahkan kementrian.
"Kak, gue ke toilet dulu ya!" Linda pamit sebentar, menyisahkan hanya Keira dan Danu berada di ruangan sempit tersebut. Keira sibuk menambah riasan di wajahnya yang tak kurang apa-apa, sedangkan Danu terus memperhatikannya.
"Lo mau ngomong apa sih?"
Danu agak gelagapan. Beberapa detik berselang hingga dia memberitahu.
"Kei, beberapa hari lalu, gue lihat Ghidan berdua sama cewek di cafe temen gue. Ngerjain sesuatu gitu, tapi kayaknya cewek itu bukan sekretarisnya. Kemaren gue tanya temen gue ini, katanya mereka udah sering kesana." Danu mengungkapkan dengan begitu hati-hati, tanpa ada nada menuduh di suaranya.
"Oh. Ceweknya rambut item lurus sepunggung?"
"Iya. Lo kenal? Apa sodaranya ya?"
"Itu pacarnya," balas Keira asal.
"APA?" Danu merespon dramatis.
Keira menyengir. "Gak tahu sih udah pacaran atau belum. Tapi, ya, begitulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...