18+
Ini notifnya ribet banget gak masuk2.
***
Beberapa hari terakhir, Ghidan lebih memilih pulang ke rumah bersamanya dengan Keira. Bukan tanpa alasan, dia khawatir kamarnya itu akan dikuasai Keira bila tidak dia tempati. Walau sudah dikunci rapat sekalipun, si perempuan licik satu itu selalu punya cara untuk masuk ke dalam sana.
Kekanak-kanakan memang. Namun, tidak salah kan kalau dia menjaga apa yang menjadi miliknya? Apalagi, dia selalu menemui Keira berkeliaran di sekitar rumah ini tiap lewat tengah malam.
Tiga hari lalu, Ghidan mendapatinya duduk di meja makan sambil menyantap nasi goreng dan menonton konten lucu di Instagram. Dua hari lalu, Keira terlihat bersemedi--melakukan salah satu teknik Yoga-- di ruang tengah. Kemarin, Keira mengayunkan kakinya di kolam renang sambil membaca buku Richard Dawkins, Ghidan hampir meyakini kalau dia kuntilanak yang menyerupai Keira. Itu pukul dua malam, siapa yang main air di belakang rumah pada jam segitu? Sampai perempuan itu mengoceh tentang betapa dia bangga menjadi si sperma beruntung yang diberi kesempatan mengecap kehidupan dengan nada pongah.
Tiga hari berturut-turut itu pula, Keira selalu menegur Ghidan tiap kali melihat kehadirannya. Perempuan itu tersenyum, menawarkannya nasi goreng, mengajaknya ikutan yoga kalau belum mengantuk, sampai membicarakan buku Uncovering The Rainbow yang sudah lima kali ia baca. Sementara Ghidan malah terus-terusan mengabaikan eksistensinya seolah Keira tak ada.
Entahlah, mungkin dia hanya melakukan apa yang pernah Keira lakukan padanya.
"Lo niat balas dendam gak sih? Jangan plin-plan!" Marco sampai berkata begitu tadi sore saat mereka bertemu di klub tinju. "Lo mau bikin dia merasa kehilangan, kan? Tahan-tahanin aja dulu. Pura-pura baik, Stheno udah tanda tangan buat menyelamatkan perusahaan bokapnya. Dia pasti merasa berutang sama lo. Bukannya Medusa itu udah mulai melunak? One more job, Bro. Make her trust you, then stab her in her back while she is hugging you tight." Suara Marco menggebu-gebu, lebih bersemangat daripada Ghidan yang memang punya masalah langsung dengan Keira. "Bukannya itu yang lo mau?"
"..."
"Atau pake cara kasarnya, leave her right now. Gue tahu lo merasa bersalah sama Aruna karena belum bisa selesai dengan Keira ketika lo beneran mau memilih dia."
"..."
"Tapi, kalau lo tinggalin dia sekarang, dia gak bakal kehilangan apa-apa, sebagaimana yang lo khawatirkan. That bitch is really heartless. Dia bahkan sudah tahu perasaan lo pada Aruna, dan dia tetap baik-baik aja."
"She knew?" Ghidan terkejut.
"Dia menyusul lo waktu lo mabuk minggu lalu. Tapi dari ekspresinya, kayaknya dia udah tahu dari lama."
Ghidan menghembuskan napas beratnya sambil terus memikirkan percakapannya dengan Marco beberapa saat lalu. Ketika Marco mengatakan kalau Keira tahu hubungannya dengan Aruna, ada setitik rasa tak enak yang dirasakannya. Namun membaik saat Marco memberitahu kalau Keira baik-baik saja. Memang tak mungkin perempuan itu terluka, toh dari awal dia tidak punya perasaan apa-apa pada Ghidan.
Well, Marco benar, dia terlalu plin-plan dalam melaksanakan rencananya pada Keira. Kadang, dia bertingkah biasa saja. Kadang, dia terlalu defensif karena egonya meminta ia tak boleh lagi mengalah. Ghidan harus memilih salah satu agar Keira tidak curiga.
Pria itu masuk ke kamar, mandi, lalu keluar lagi. Mencari keberadaan Keira yang belum terlihat di mana-mana. Matanya memandang sebentar arah pintu kamar lantai satu, menduga kalau perempuan itu sudah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...