Keira lupa kapan terakhir kali dia patah hati. Tahu seperti apa rasanya patah hati saja sepertinya tak pernah. Dia terbiasa digilai oleh banyak lelaki. Kalaupun hilang satu, bisa datang sepuluh. Jadi, meskipun kekasih tampan yang dikencaninya selama enam bulan memutuskannya secara sepihak, dia masih bisa mengitari mal sambil berlenggak-lenggok tebar pesona sambil memegang beberapa paper bag dari brand ternama. Sampai akhirnya, dia harus berhenti di kedai Sour Sally yang kecil karena perut dan kepalanya terasa tak enak.
Perempuan itu memesan satu frozen yogurt, lalu duduk di kursi yang kosong. Kedua tangannya ia sanggahkan ke pipi. Mulutnya cemberut. Dalam kepalanya, ia masih terbayang Jerry dan bagaimana pria itu meninggalkannya begitu saja, karena alasan yang tidak masuk akal pula.
Well, dari awal, baik dirinya maupun Jerry sama-sama tahu kalau hubungan ini sebatas berbagi oportunisme belaka. Mereka tidak serius, juga paham kalau hubungan ini tidak mungkin menjadi serius. Lalu, ada angin apa sampai Jerry mengajaknya menikah? Bukankah lelaki itu juga membenci pernikahan?
"How sad," gumam Keira sambil meratapi yogurtnya. Sayang disayangkan, Keira sangat menyukai bibir Jerry. He is a good kisser. Ghidan is a good kisser as well. But she hates him so much, that's why Jerry is a way better.
Ah, omong-omong Soal Ghidan, dia teringat mengenai uang yang sudah pria itu transfer ke rekening valasnya. Dengan ponsel Bimbie yang dia pinjam, perempuan itu menghubungi Hansel lewat Facetime.
"Ini Keira," ucapnya setelah Hansel menjawab. "Kirim rekening Valas lo dong."
"Buat apa?"
"For you tuition fee and your living expenses lah," ucapnya. "At least, minggu depan lo udah harus balik ke New York."
"Oh, I've gotted the money, anyway."
"Gimana?" satu alis Keira terangkat.
"Udah ditransfer Ghidan beberapa hari lalu."
"Kok Ghidan?" Dahinya berkerut. Kepalanya jadi makin pening. Sejalan dengan nada suaranya yang linglung. Keira meyakini kalau ini efek samping morning after pil yang dia minum.
"Ya, iya dari Ghidan. What's wrong?"
"Loh? Kan udah gue bilang kalau gue bisa kasih!" balasnya menggunakan nada kesal. Sampai kasir Sour Sally melihat ke arahnya. "Lo balikin aja sana, entar gue transfer. Jangan berutang sama orang lain!"
"Apasih Kei? He is my brother in law, not a random stranger," bantah Hansel tidak mengerti. "You better save your money for yourself," saran Hansel baik-baik. "Tau sendiri kalau kaburnya Mami bikin hidup kita jadi makin rumit."
Mendengar itu, Keira berdecih. Ia kemudian memijat-mijat kepalanya menggunakan tangan kirinya. Tidakkah Hansel tahu bagaimana Keira bisa mendapatkan uang untuk kuliahnya dan menutupi utang Maminya? Dia sampai mengorbankan harga dirinya yang paling berharga! Belum lagi mengingat bagaimana Ghidan memperlakukan tubuhnya dengan sangat memgerikan tadi malam.
"Nanti gue hubungi lagi!" ujarnya sebelum mematikan sambungan secara sepihak. Sekesal-kesalnya ia pada Hansel yang membangkang, ada yang lebih pantas untuk bertanggung jawab atas kekesalannya.
Perempuan itu mencoba menghubungi Ghidan lagi. Pria itu tidak seharusnya ikut campur sejauh ini mengenai urusan keluarganya. Menyadari Ghidan sudah memberikan uang pada Hansel sejak awal, Keira merasa seperti ditusuk dari belakang lalu jasadnya diinjak-injak. Luka pada harga dirinya yang belum sembuh jadi makin menganga.
Kalau begini ceritanya, buat apa Ghidan harus memberikannya syarat gila segala? Apa poinnya? Ah, tentu saja untuk membuat Keira semakin kesal!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...