52. Loser

87.1K 11.1K 3.1K
                                    

Part ini sinetron banget tsay. Trigger warning lagi for suic1dal thought.

***

"So, you don't love her anymore?"

Ghidan tidak paham kenapa dia tidak menemukan jawaban dari pertanyaan yang seharusnya mudah dijawabnya. Dia membenci Keira, mana mungkin dia masih mencintai perempuan itu? Sayangnya, untuk saat ini, tenggorokan Ghidan yang tercekat membuatnya tidak dapat menjawabnya.

Mungkin, ini merupakan saat paling tepat bagi Ghidan untuk menyerah. Bagaimanapun ceritanya, dia tidak akan bisa menang dari seorang Keira. Bahkan dengan rencana yang tersusun rapi dan sempurna sekalipun, seorang Keira tetap bisa tersenyum layaknya penghianatan Ghidan bukanlah sesuatu yang menyakitkan baginya. Perempuan itu masih baik-baik saja. Malah Ghidan yang entah apa alasannya, merasa sangat sakit dan terluka. Dan itu membuat Ghidan semakin marah.

Buktinya, dia meneguk bergelas-gelas alcohol untuk meredakan rasa sakitnya walau semua tahu kalau itu hanya sementara. Namun, bagi Ghidan di detik ini, rasa sakit itu lebih baik reda sementara daripada tidak sama sekali.

"Kalau masih sayang, kenapa lo minta cerai?"

Pria itu tersenyum getir, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali sebelum menegak satu gelas whiskey lagi sampai habis. Sheryl yang daritadi berupaya mencegah teman sekaligus atasannya itu berhenti menyiksa diri sendiri jadi kewalahan sendiri. Ayolah, Ghidan Herangga terlihat sangat menyedihkan. Bukan hanya karena pakaiannya yang berantahkan dan tampak tak lagi layak pakai, tapi juga karena wajah tampannya yang tercetak beberapa warna cukup menyala. Ah, jangan lupakan bagian lain pada tubuhnya yang tidak terlihat, pasti lebih parah.

Sebagai asisten pribadi yang hapal betul kegiatan sehari-hari Ghidan secara rinci, Sheryl tentu tahu kalau tinju merupakan hobi bosnya ini yang rutin pria itu lakukan. Sheryl juga tahu kalau lebam atau bahkan patah tulang merupakan risiko yang kerap terjadi dari olahraga mengerikan satu ini. Masalahnya, skill Ghidan tidak payah-payah amat sampai harus kelihatan seperti anak SMP yang habis dikeroyok preman.

"She is happy with our divorce."

"Hah?"

Dengan mata terpejam, Ghidan memgangguk. "Hu'um she is so happy. She never loves me... And no matter what I did, she will never love me."

Mendengar itu, Sheryl nampak berpikir. Dia tidak terlalu dekat dengan Keira, dia juga tidak tahu bagaimana Keira yang sebenarnya kecuali dari apa yang bisa dia lihat. Sekilas, perempuan itu memang tampak sombong dan suka bicara seenaknya. Keira tidak khawatir perkataannya menyakiti hati orang lain, dia juga tak takut apa-apa, mungkin itu beberapa alasan yang membuat Keira tampak egois dan jahat.

Sheryl juga tahu kalau prahara rumah tangganya dengan perempuan itulah yang menyebabkan Ghidan lebih menjadi lebih dingin bertahun-tahun belakangan. Namun, bukankah akhir-akhir ini semuanya membaik? Sheryl pun sampai berpikir kalau Ghidan sudah mantap memperbaiki semuanya dengan Keira, makanya dia menjauhi Aruna. Namun nyatanya? Bahkan Sheryl pun tertipu.

"Di mata dia, gue gak pernah pantes."

"Ya emang, you are such an evil," balas Sheryl asal. Tidak masalah, bosnya ini mabuk. Paling besok Ghidan lupa semua apa yang terjadi malam ini. "Kalau gue jadi Keira, lo udah beneran gue bunuh, kali!" ujar Sheryl gregetan sendiri.

Dia teringat bagaimana Keira yang akhir-akhir ini mendekatinya hanya untuk tahu kabar Ghidan, pukul berapa pria itu pulang dan menitipkan sesuatu yang tak perlu sampai Sheryl yakin kalau Keira yang disebut hanya mencintai dirinya sendiri itu sebenarnya juga mencintai Ghidan.

"Menjauhi cewek yang lo demi mau memperbaiki rumah tangga. Sebenci apapun tetap bisa bertingkah baik, sabar, ngasih harapan kalau luka kalian bisa sembuh. Terus minta biar bisa dipercaya, eh giliran udah mau percaya, nusuk dari belakang yang ternyata semuanya cuma pura-pura demi nyakitin."

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang