Jangan lupa vote, comment and share ya!!! Biar Arsen makin sayang kalian <3
Warning : typos.
***
Bisakah kamu melihat kematianmu sendiri?
Bisa, di alam mimpi.
Seperti yang Ghidan alami saat ini. Dia meratapi tubuh kakunya yang terbaring menyedihkan di atas dinginnya marmer. Busa bewarna putih keluar berlimpah dari mulutnya yang terkatup rapat. Matanya melebar sebagaimana mayat yang mati tercekik. Di sana, ada Aruna yang tak henti menangisi kepergiannya.
Seseorang baru saja berhasil membunuhnya. Si pembunuh datang menghentak-hentakan sepatu mahalnya ke lantai yang mengeluarkan bunyi nyaring bersama seorang pria yang ia gandeng mesra, berhenti tepat di sebelah mayatnya yang kehilangan seluruh daya.
"Rest in hell, darling," ucapnya disertai seringai mengerikan. "I win. I always be the winner. Semua yang kamu miliki kini punyaku," katanya pongah.
Ghidan memekik memohon bantuan. Berharap dengan begitu dia bisa terbangun. Namun, mulutnya bungkam. Suaranya menghilang. Disertai sepatu tinggi si pembunuh yang menginjak dadanya sambil tertawa riang.
Bahkan di saat kematiannya pun, rasa sesak di dadanya masih begitu terasa.
Sedetik, dua detik, tiga detik. Ghidan menghentakkan kaki sekuat yang ia bisa. Matanya seketika terbuka. Mendapati kenyataannya kini persis keinginannya.
Itu semua hanya sekadar mimpi buruk belaka.
Sayang sekali, rasa sesak di dadanya belum menghilang meskipun mimpi buruk itu telah berakhir. Bahkan berlipat-lipat lebih parah sampai Ghidan memegang dadanya. Rasa sesak itu berbentuk nyata.
Dia mencoba menetralkan napas. Menghirup udara perlahan, lalu menghembuskannya pelan-pelan. Untung ada sebotol air mineral yang terletak indah di meja dekat tempat tidur. Kemudian ia telan isinya hingga tak bersisa.
Perasaannya pun mulai membaik.
Kembali menelentangkan badan sambil menatap langit-langit, Ghidan mengingat apa yang terjadi tadi malam. Dia minum-minum, sepertinya sampai mabuk. Sekarangpun efek hangover-nya masih terasa. Terakhir yang terlintas di kepalanya adalah wajah Aruna. Gadis itu menghampirinya, berupaya menjaga kesadarannya yang ternyata sia-sia. Ghidan tidak dapat mengintat apapun secara jelas, membuatnya kembali gelisah.
Apakah dia memberitahu secara gamblang hal-hal yang menjadi kegelisahannya selama ini pada Aruna?
Bahwa Ghidan ingin segera pergi dari sini, memasabodohkan dendamnya pada istrinya, lalu berlari ke pelukan Aruna karena dengan begitu dia bisa menemukan bahagia.
Bahwa Ghidan ingin menjadikan Aruna sebagai miliknya, memberitahu pada dunia jika Aruna hanya untuknya, dan menjaga gadis itu di tempat ternyaman selamanya.
Bahwa di antara seluruh orang yang ada di bumi, Ghidan paling tidak ingin Aruna terluka. Dan dia khawatir pada akhirnya akan menjadi sebab terbesar Aruna terluka.
Maka, demi mencegah Aruna menjadi korban atas permainan yang dia rencanakan untuk Keira, Ghidan belum bisa melakukan apa-apa tentang kepastian perasaannya selain membuat jarak gadis itu tidak jauh darinya karena terlalu dekat berarti bahaya.
Namun, bagaimana kalau dia terlambat dan Aruna menjadi milik pria lain? Ghidan bukan satu-satunya yang menginginkan Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...