Dua hari terakhir, Bi Eni tampak gelisah. Beberapa kali dia tak fokus dalam mengerjakan pekerjaannya. Puncaknya siang tadi, saat dia membuka TV kemudian mendapati berita orang hilang beberapa minggu lalu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, tubuhnya membusuk dan beberapa bagian terpotong-potong tak lengkap lagi. Bukankah itu menakutkan sekali?
Ah, tentu saja Bi Eni kepikiran Keira. Perempuan itu tidak kelihatan sejak dia mengatakan akan menginap di apartemen Bimbie. Masalahnya, kemarin Bimbie sempat menelpon ke rumah menanyakan keberadaan Keira, yang berakhir membuat pikiran Bi Eni melalangbuana kemana-mana.
"Bagaimana kalau Mbak Keira dalam bahaya?"
"Bagaimana kalau terjadi hal buruk sama Mbak Keira?"
"Bagaimana kalau Mbak Keira diculik terus dibunuh?"
Bi Eni terus mengganggu penghuni rumah lainnya dengan ragam andai mengerikan. Ia sampai menghubungi kediaman Hermawan Seorjono yang juga memberikan hasil nihil. Sehingga, saat dia melihat batang hidung Ghidan di teras rumah bersama Mang Jamal, Bi Eni segera menghampirinya dengan memberikan raut panik.
"Pak, Mbak Keira belum pulang juga," ungkapnya resah. "Udah empat hari."
"Sudah dihubungi?"
"Nggak bisa dibubungi, Pak."
"Bi, paling entar juga pulang," balas Ghidan cuek, lalu tanpa berbasa-basi lebih lanjut, dia menyeret kopernya untuk naik ke atas. Reaksi yang diberikan Ghidan tentu bukanlah sesuatu yang diharapkan Bi Eni.
Well, Ghidan terbiasa menunjukkan khawatir yang lebih besar dibandingkan Bi Eni mengenai sesuatu yang berhubungan dengan Keira. Bahkan disaat dia pintar menutupi perasaannya pun, dia kesulitan ketika itu menyangkut keselamatan Keira. Lalu kini, dia nampaknya tak lagi peduli dengan apapun yang berkaitan dengan Keira.
Lagi-lagi, perempuan yang mengenakan daster batik cokelat itu harus menelan rasa khawatir sendirian.
Tidak lama setelah itu, Ghidan turun lagi dari tangga. Dia membawa kembali satu kopernya yang diganti dengan baju-baju bersih. Sebelum berjalan keluar, dia memanggil Bi Oda untuk mengatakan beberapa hal mengenai urusan rumah.
"Nanti, kalau misal butuh sesuatu dan saya nggak bisa dihubungi, langsung ke Sheryl aja ya, Bi."
Bi Oda hanya mengangguk.
Setibanya dia di ruang tamu di mana Bi Eni masih termenung, Ghidan sempat berhenti sebentar untuk menegurnya.
"Gak usah terlalu dipikirin, Bi," sarannya singkat. Lalu, dia segera berjalan menuju mobilnya dan meninggalkan rumah.
Bukannya apa, terakhir Ghidan mengkhawatirkan Keira karena perempuan itu bak menghilang begitu saja, Ghidan sampai membuat laporan orang hilang di kantor polisi. Alih-alih terjadi hal yang buruk padanya, Keira malah mengatakan kalau dia sedang liburan di Bali. Memang bukan ciri perempuan itu memberikan informasi mengenai kegiatan atau hal apapun yang sedang dilakukannya.
She lived for herself. Mana pernah dia ambil pusing dengan orang-orang yang memikirkannya.
Rasanya melegakan bagi Ghidan berada di titik ini. Di titik di mana dia tidak lagi merasakan apa-apa mengenai Keira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...