2. The Wife

151K 10.6K 562
                                    

Insiden sialan tadi malam yang dilakukan Ghidan masih menguasai pikiran Keira. Pria itu akhirnya berhenti, di saat Keira berpikir semuanya akan berjalan seburuk itu.

He is a fucking bastard.

Well, berhubungan badan dengan Ghidan bukanlah sesuatu yang baru. Mereka menikah,  meskipun tidak banyak yang tahu. Telah berlangsung selama bertahun-tahun pula. Namun, apabila Keira tidak mau, Ghidan tidak bisa memaksa, dia tahu itu, lagipula pria itu juga biasanya selalu mengalah. Dan peraturan dalam permainan mereka selalu dikendalikan oleh Keira. Ghidan tidak boleh menyentuh atau melakukan apapun pada tubuhnya tanpa seizinnya.

"Aku bakal laporin kamu ke polisi!" perempuan itu menghadang Ghidan yang menuju garasi tempat mobilnya terparkir.

Si pria yang sudah rapi dengan pakaian kantornya terpaksa menghentikan langkah. Bukannya merasa bersalah, ia malah  tersenyum tipis, membuat Keira yang sudah emosi makin berapi-api. 

"You raped me and you slapped my face. Itu KDRT! Kamu bahkan belum minta maaf." Kamu pikir, aku nggak bisa menjebloskan kamu ke penjara karena kita suami-istri?"

Ghidan menggeleng, lalu tidak lagi menunjukkan ekspresi apa-apa. Ini yang Keira tak suka dari Ghidan, raut suaminya itu terkadang tidak beremosi sehingga tidak mudah menebak isi pikirannya. Apalagi sejak semalam, Keira mulai berpikir ulang tentang Ghidan yang sebenarnya, seperti monster yang tidur damai dalam dirinya telah terbangun dan siap menghancurkan siapa saja yang ia benci.

"You know it yourself, you can't do anything about it," katanya yakin.

Pria itu berjalan mendekati Keira, kedua tangannya tersembunyi dibalik saku celana formalnya, membuat perempuan itu melangkah mundur. Reaksi yang cukup membuat Ghidan terhibur.

"Ada CCTV ruang tamu yang merekam perbuatan kamu!" hardik Keira lagi.

"I can tell the police that you like it rough."

"It's not funny, Ghidan!"

"I didn't find it funny too. Tapi, bukankah saya sudah memperingati kamu? Saya nggak akan diam lagi atas apa yang kamu lakukan," ucapnya tenang.

Keira mencibir, memberikan ekspresi menyindir, membuat Ghidan makin melangkah mendekatinya. Seperti semalam, dia menyudutkan tubuh perempuan yang lebih kecil darinya itu diantara dinding.

"Berhenti berpikir kalau kamu pusat dunia, kamu bukan segalanya."

"Oh well, I am the center of my universe."

"Try to go to psychiatrist, I am sure you have narcissistic disorder."

Keira menghembuskan napas kasarnya. Tidak seperti sebelumnya di mana dia tampak  terintimidasi, perempuan itu maju, berkacak pinggang, mendongak dan menatap ke arah mata tajam pria yang mulai berani cari gara-gara dengannya.

"You really want to play this kind of game with me? Kamu tahu sendiri kan kalau aku nggak pernah kalah?" tanyanya percaya diri.

Ghidan berdecak, dia tidak terlalu memedulikannya lagi, meskipun ia masih ingin mendebat semua perkataan Keira. Ia melihat ke arah jam tangannya. Gara-gara Keira mengajaknya ribut pagi ini, dia harus buang-buang waktu lumayan lama. Padahal banyak yang harus dia selesaikan sebelum rapat pukul sembilan pagi.

"Finish here," balas Ghidan malas.

Lalu beranjak meninggalkan perempuan yang belum bisa menerima segala perbuatan Ghidan padanya, termasuk pengabaian barusan.

Perempuan itu tahu kalau Ghidan juga manusia biasa yang punya emosi. Dia terbiasa bermain-main dengan emosi pria yang dinikahinya selama tujuh tahun itu sementara pria itu tidak akan berbuat apa-apa. Kini, semuanya jadi aneh. Lewat kejadian tadi malam, Ghidan seperti memberitahu Keira kalau dia sudah punya kekuatan untuk membalas sikap buruk Keira padanya.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang