55. The Blues in Our Marriage (END)

165K 11.5K 2.9K
                                    

Semuanya bermula dari sesuatu yang sederhana, Ghidan jatuh cinta pada Keira. Dan ketika dia memiliki kesempatan untuk bersama dengan perempuan itu, dia hanya ingin menjadi pantas untuknya.

Ghidan tak mau Keira meninggalkannya hanya karena dia tak pantas. Dia khawatir Keira akan mendengar perkataan ayahnya untuk menendangnya. Dia takut menjadi sumber ketidakbahagiaan Keira ketika Keira menjadi sumber kebahagiaannya. Perasaan yang dia rasakan dan dia terima memang bukanlah hal yang adil sejak awal.

Maka dari itu, Ghidan melakukan segala cara agar menjadi pantas. Dia mempertaruhkan banyak hal, dia berusaha mati-matian, dia bahkan bersedia kehilangan dirinya sendiri. Dan ketika dia sudah berada di titik yang dia pikir pantas, rupanya dari sanalah segala ketidakbahagiaan dirinya dan Keira bermula.

Bukan hanya Keira yang berubah, tapi Ghidan juga. Bukan sifat buruk Keira yang mengubahnya, namun obsesinya yang tidak mengenal batas. Mungkin Ghidan sempat menjual jiwanya kepada iblis demi obsesinya, makanya dia berubah orang lain yang bahkan tidak lagi dikenalnya.

Dia lupa kalau segalanya dia lakukan demi Keira. Namun pada akhirnya, dia malah mempertaruhkan segala kebahagiaan yang ia impikan bersama Keira. Makanya pada akhirnya, dia tetap merasa tidak bahagia.

Bukankah dia bodoh sekali?

"Pak."

Pukul dua malam lewat beberapa menit, Ghidan mendengok sedikit ke belakang demi menyapa balik Bi Eni yang tumben-tumbenan belum tidur. Perempuan itu mengenakan mukena, mungkin baru selesai sholat malam.

"Boleh saya duduk di sini?" tanyanya kemudian.

Ghidan mengangguk. Perempuan yang lebih tua itu duduk di kursi kosong lainnya yang ada di meja makan, menemani Ghidan yang beberapa hari terakhir tiap malamnya duduk merenung sendirian di sini.

"Bapak lagi khawatir ya sama Mbak Keira?" tanyanya hati-hati. Perempuan paruh baya itu tidak perlu menunggu jawaban Ghidan, dia lebih dulu melanjutkan. "Saya yakin Mbak Keira lagi baik-baik aja dan juga mengkhawatirkan Bapak."

Ghidan masih diam. Beberapa hari terakhir merupakan hari yang panjang baginya. Bukan hanya persoalan surat dari Keira yang dia baca lebih awal. Namun, juga hal lain yang membuatnya hampir gila karena rasa bersalah.

Tiga hari lalu, Sheryl memberikannya catatan psikiatrik dan juga beberapa rekaman konsultasi Keira dengan psikiaternya. Sheryl mendapatkannya secara illegal, tentu saja dengan membayar perawat yang bekerja dengan Dokter Heru. Selalu ada celah tiap kali uang berbicara. Dia mendapatkan informasi dari Bimbie mengenai psikiater yang beberapa kali Keira kunjungi. Untuk urusan begini, Sheryl sudah sangat terbiasa.

Perempuan itu juga secara sadar telah melanggar privasi Keira. Dia kemudian memberikan Ghidan pilihan untuk mendengarkan dan mencaritahu apa yang terjadi pada Keira, atau melupakan semuanya yang berakhir dengan berbagai macam konsekuensi.

"Bukankah lo mau memulai dari awal? You tell me you like Aruna. She is kind, gue juga setuju lo sama dia."

"..."

"Atau lo mulai sadar kalau lo suka Aruna karena dia mengingatkan lo pada Keira waktu awal lo jatuh cinta sama dia?"

"Ryl."

"Ghidan, lo udah terlalu lama denial," balas Sheryl menekankan. "Gue sejak awal mendukung apapun keputusan lo, karena lo sudah cukup dewasa untuk tahu apa yang terbaik buat hidup lo. Keira is gone, you can be happy now. Bukankah selama ini lo berpikir Keira lah yang membuat lo gak bahagia? Dan cuma Aruna yang bisa bikin lo bahagia?"

Ghidan menggeleng.

"Lo udah sadar kalau cuma elo yang bisa dan bertanggungjawab untuk membuat lo bahagia?"

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang