13. Hatred

68.5K 7.5K 990
                                    

Bukannya segera meladeni perempuan yang baru saja memaksa masuk, Ghidan malah dengan membuka kasar lemari di hadapannya, mengambil sembarangan baju yang terlipat rapi lalu mengenakannya, menganggap kalau kalimat yang keluar dari mulut Keira hanyalah permainan bodoh yang tak perlu dia ladeni dengan semestinya.

"Can you go out from my room?" pintanya kalem, "saya gak mengizinkan kamu masuk."

Mata Keira membulat. Ia berdecih, harga dirinya tentu terganggu dengan respon Ghidan yang sangat jauh dari ekspektasinya. Ayolah, apakah pria ini mencoba menolak ajakan seorang Keira yang sempurna untuk bercinta?

"Gak mau. Ini kamarku juga," balas perempuan itu sengak. Menganggap kalimat Ghidan barusan menantangnya untuk perang.

Keira tidak sepenuhnya salah. Kamar di lantai dua ini dulunya merupakan kamar mereka berdua. Awal-awal pindah ke rumah ini, Keira selalu tidur di kamar ini bersama Ghidan. Namun, semenjak dua tahun lalu, perempuan itu merenovasi kamar di lantai satu untuk tempat tidurnya di kala ingin tidur sendiri. Awalnya, dia hanya tidur di sana sesekali. Lama-lama dia jadi lebih betah tidur sendiri. Hubungan mereka yang memburuk membuat Keira tidak segan betulan pindah ke kamar lantai satu yang ia klaim sebagai daerah kekuasaannya.

Lalu, apakah kamar ini lebih bagus dan luas dari kamar Keira? Awalnya, ya. Kamar yang kini ditempati Ghidan merupakan kamar utama, sementara kamar lantai satu sebelumnya merupakan kamar tamu. Namun, Keira yang kompetitif merenovasi dua kamar sekaligus dijadikan satu. Dia juga mengubah kamar mandinya selayaknya kamar mandi hotel bintang lima. Pintunya smart-lock yang menggunakan sistem sidik jari. Hanya tiga sidik jari yang didaftarkan Keira. Pertama, sidik jarinya. Kedua, sidik jari Bi Eni karena harus membereskan kamarnya. Dan ketiga, sidik jari Bimbie. Bagaimana dengan Ghidan? Tentu Ghidan hanya boleh masuk sesuai dengan izinnya. Ah, Keira saja lupa kapan terakhir kali dia membiarkan suaminya itu masuk ke dalam kamarnya.

"Are you really forget the rules you made yourself?" tanya Ghidan akhirnya. Banyak sekali aturan aneh yang dibuat Keira dan harus ditaati bersama, salah satunya tidak boleh menerobos masuk ke kamar masing-masing atau mengganggu privasi lain. Aturan yang kini Ghidan sadari hanya berlaku untuknya. Oh, ayolah, kenapa semakin diingat-ingat perempuan ini menjadi semakin jahat?

Pria itu telah selesai memasang sweater maroon dan celana panjang. Menyadari kalau dia malah pakai baju, bukannya langsung menghabiskan waktu di tempat tidur bersama istrinya. Untuk pertama kalinya, Ghidan salut pada dirinya yang kini menyelamatkan harga diri.

"Look at you, don't you realize you become a pervert woman right now?"

"Jangan lebay, aku cuma nangkep kamu habis mandi dan lagi pakai baju ya, bukan masturbasi..." balas Keira santai. "Lagian kalaupun lagi masturbasi, juga gak salah-salah amat, kan?"

Ghidan mendengkus. Rasanya, dia mau mengambil jam tangan yang ada di atas meja di depannya dan melemparkan ke kepala Keira biar perempuan ini cepat sadar dan tahu diri.

"Apa lagi mau kamu?" tanya Ghidan yang sudah jengah mendapati Keira yang masih betah dalam kamarnya, padahal dia sudah menyindir halus agar dia segera keluar sejak tadi.

"Bisa gak sih ngomongnya gak usah sinis?"

"Gak usah kebayanyakkan basa-basi, I am in hurry."

Bukannya menjawab, perempuan itu menyilangkan lengan sambil tangannya menggosok-gosok satu sama lainnya. "I just want to have sex," ulangnya untuk kedua kali.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang