30. Fine

60.6K 7.4K 1.1K
                                    

Guys, maaf banget ya aku ngepostnya telat, dan tidak sesuai yang aku janjikan. Kmrn ada hal2 tertentu yang mendadak dan baru bisa post sekaran huhu.

***

Pantas saja Keira merasa gerakkan tidurnya kurang leluasa. Ketika membuka mata, dia mendapati kalau Ghidan masih berada di kasur yang sempit ini bersamanya. Pria itu duduk nenyender, bertelanjang dada. Membuat mata Keira yang baru terbuka mengerjap beberapa kali karena memperhatikan fisik suaminya yang kalau dipikir-pikir ... sangat menggoda.

Baiklah, biarkan otaknya yang masih belum bekerja maksimal ini memikirkan apa yang ia mau. Keira mungkin menyesali posisinya yang kalah. Apalagi harus tunduk dalam hal seksual kepada suaminya. Sebagai manusia yang punya hak asasi di zaman modern ini, perbudakan seperti ini memang terdengar begitu salah. Tentu saja Keira tidak akan pernah terima. Sayangnya, beberapa hal yang tidak menguntungkan membuatnya memilih  pasrah saja.

Untungnya, Keira merupakan golongan orang yang memiliki pegangan, "when life gives you lemons, make Salmon with Lemon Butter Sauce." Walau sebenarnya percuma sih, karena dia tidak bisa masak. Well, maksudnya, Keira tetap tahu bagaimana cata menikmati hal buruk apapun yang sedang menimpanya. Seperti yang satu ini.

She might hate Ghidan so much. Namun, dia berhenti menutup mata kalau suaminya ini juga hot as f*ck. Lelaki ini rajin olahraga, badannya sangat lumayan. Belum lagi kulit eksotisnya yang indah ditambah permainannya yang tidak buruk-buruk amat. Sebanyak apapun Keira kesal karena Ghidan tidak memperbolehkannya memegang kendali ketika berhubungan badan karena klausul bodoh dalam perjanjian bodoh yang dibuat pria itu, dia tetap merasa terpuaskan. Malah lebih baik dari yang pernah ia rasakan jauh sebelumnya. Ini membangkitkan kembali gairahnya yang sempat mati suri. 

Bermenit-menit berlalu, nampaknya perempuan itu masih terbuai dalam lamunan bangun tidurnya. Di detik berikutnya, masih dengan tubuh terlentang, dia mengambil tangan Ghidan, meneliti tato sederhana bergambar panah yang berada di balik lengan atas pria itu. It looked good on him. Walau tidak mau Keira akui secara langsung. Satu tatonya lagi yang berisi tulisan di pinggang belakangnya juga lumayan.

Pada dasarnya, Ghidan memang sama sekali tidak buruk. Apalagi seburuk yang pria itu pikirkan tentang dirinya sendiri.

Keira masih ingin melanjutkan lamunan bangun tidurnya, sayangnya, kesadarannya sepenuhnya kembali saat menangkap mata Ghidan yang menatapnya tajam, kelihatan tak suka. Buru-buru dia lepaskan lengan pria itu yang ia pegang, memberikan tampang sinisnya.

"Kenapa kamu masih di sini? Tempat tidurku jadi sempit, tau," protesnya lebih dulu. Orang yang menyerang lebih dulu memiliki kesempatan lebih besar untuk menang dalam perselisihan.

Ghidan tidak membalas untuk beberapa saat. Matanya seperti mengurung Keira, tidak lepas sedetik saja dari perempuan yang mulai mendudukan badannya, lalu menutupnya dengan selimut.

"You were crying hard in your sleep," Ghidan memberitahunya. Keira berhasil berkilah terakhir Ghidan mengkonfrontasinya soal hal ini, kali ini, pria itu tidak akan membiarkannya lagi. "Bukan nangis biasa, tapi sampai histeris. Why?"

"Mungkin aku mimpi ketemu pocong?" balasnya asal tanpa berpikir.

"You are not even afraid of ghost."

"Kalau pocongnya banyak terus bisa terbang dan makan orang kayak zombie, I am afraid anyway," balas Keira makin asal.

Ghidan makin menatapnya, membuat Keira merasa tersudutkan. Apalagi dia masih belum pakai baju.

"I did not remember anything," balas Keira setelah berupaya mengingat-ingat. "Kamu yang mimpi kali?" lanjutnya balik menuduh.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang