12. Never Have I Ever

74.2K 7.8K 940
                                    

Pagi hari yang cerah, Keira sedang bersemedi di belakang rumah. Sejak jam sembilan tadi, dia memutuskan rebahan di atas pelampung mirip kasur di tengah-tengah kolam renang yang tidak terlalu luas. Tubuhnya yang telah dibaluri sunblock dilapisi bikini berwarna merah. Kacamata hitam besar menghindari matanya yang silau akibat cahaya matahari, sementara tangannya sibuk memainkan ponsel. Ini merupakan hari ke-tujuh di mana dia resmi menganggur.

Mereka bilang, Keira Jenita Seorjono kehilangan segalanya dalam semalam. Namun tidak, perempuan itu berskikeras kalau selama dia belum kehilangan dirinya sendiri, dia tidak kehilangan apa-apa.

Sebagai penganut stoikisme, Keira tahu sejak awal kalau apapun hal luar yang dimilikinya bisa hilang dalam sekejap. Well, apapun yang ada di luar kendalinya merupakan sesuatu yang akan meninggalkannya, apalagi ketika itu berkaitan dengan dunia yang berisikan makhluk-makhluk yang tidak dapat dipercaya.

Maka, ketika dia dipecat, kehilangan banyak uang, ayahnya sakit dan mengalami kondisi finansial yang buruk, dijebak oleh atasannya dan nyaris dijadikan tersangka, berkemungkinan kehilangan lisensi advokatnya, belum lagi netizen-netizen sok tahu membanjiri media sosialnha dengan cacian, Keira tetap bisa menikmati hangatnya matahari pagi dengan wajah berseri.

Tetapi tetap saja... "I CAN'T STAND THIS SHIT!" ungkapnya kesal. Sama sekali tidak betah berlama-lama berada di rumah.

Sejak kecil, Keira terbiasa dengan kesibukan. Les renang, balet, piano, biola, matematika, bahasa asing, rata-rata pernah ia ikuti semua. Waktu remaja, dia juga mengikuti ekskul yang memakan waktu. Orang-orang menilai kalau dia ambisius, padahal dia hanya ingin mengasah sisi terbaik dari dirinya.

Apabila hari-hari sebelumnya Keira masih tahan mengisi waktunya dengan ngegym, yoga, mengikuti Bimbie, ke-salon, shopping, bolak-balik rumah sakit, maka kini ia mulai jengah dengan kegiatan yang begitu-begitu saja. Sebentar lagi, bisa-bisa dia bersahabatan dengan Martha, si istri siri ayahnya yang sangat ia benci kalau dia menjenguk ayahnya sekali lagi. Kegabutan ini nyaris membuatnya kehilangan kewarasan.

Ayolah, dia butuh pekerjaan yang mengasah otak. Kenapa lawfirm-lawfirm yang dulu ingin merekrutnya sekarang tidak ada yang menghubunginya padahal tahu kalau dia dipecat?

Ponsel yang ia pegang itu kemudian berdenting, notifikasi masuk dari Bimbie. Satu-satunya yang selalu ada untuknya kapanpun ia butuhkan.

'Nek, tau gak??? Eike udah cari tau tentang cemceman lekong yeiy waktu itu. Dan ternyata bapaknya udah nggak ada, dia anak yatim. Eike jadi berduka cita 😭😭😭😭'

Keira memutar matanya malas. Tidak habis pikir kalau Bimbie meyakini dia serius ingin mengencani ayah dari gadis-yang-dikencani-suaminya. Bukannya sudah dia klarifikasi kalau kalimatnya itu hanya bercanda?

'Bim, jangan bikin Medusa insecure dong liat kelakuan kita! Masa iya aku serius mau pacarin bapaknya...' tulis Keira. Dia menambahkan, 'aku juga turut berduka cita.'

'Yeiy kan kalau balas dendam gak main-main, Nek.'

'Dendam karena apa? Karena Ghidan punya cewek lain? Itu mah gak penting kali. Entar aku juga bakal dapat pacar baru.'

'Pacarin si William Hutomo aja, Nek. Lumayan kan? Masuk sepuluh besar orang tertajir di Asia Tenggara, bisa bikin Ghidan kalah telak kalau yeiy berhasil gandeng tuh aki-aki.'

Keira tertawa, geleng-geleng sendiri membayangkan dirinya pacaran dengan Pak William Hutomo yang umurnya dua kali lipat lebih dari umur Keira. Kalau tidak salah, umur Pak William sudah melewati 70 tahun.

'Haduh, Nek, dia udah punya istri. Eike mana tega menyakiti hati perempuan lain, mending cari yang single and hot ajalah.'

'Si Jerry belum mohon-mohon minta balikan, Nek? Biasanya kan mantan-mantan yeiy pada gakbisa lepas gitu aja.'

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang