Karir seorang Keira Jenita Soerjono sebagai seorang advokat memang berjalan mulus. Setelah mendapati gelar sarjana hukum, mengikuti PKPA* dan lulus ujian Advokat, Keira langsung diterima magang dan menjadi paralegal di first tier lawfirm. Empat tahun terakhir, Keira pindah ke first tier lawfirm lainnya yang lebih ternama, menjalani jenjang sebagai middle associate lalu senior associate dengan pendapatan yang bisa membuatnya hidup sangat berkecukupan.
Kalau saja kasus Warisman Sanjaya berjalan lancar--tidak perlu diputus bebas atau tidak bersalah, asal berjalan semestinya--Keira bisa saja diporomosikan menjadi partner. Pengalaman dan ambisinya sudah cukup membuktikan kalau dia pantas menjadi partner walau usinya tergolong muda. Sayang sekali, kerja keras memang sesekali menghianati hasil. Kasus Warisman Sanjaya malah berakhir menjerumuskannya.
Sudah tujuh jam lebih dia diperiksa di polres atas kaburnya Warisman Sanjaya. Puluhan pertanyaan yang diputar-putar belum juga membuatnya lelah memberikan jawaban konsisten, walau tentu saja ini membosankan. Statusnya masih saksi, mungkin bisa berubah beberapa saat lagi.
"Ada saksi yang mendengar kalau anda yang menyarankan Pak Warisman untuk melarikan diri ke Vietnam," laki-laki berpangkat IPTU itu mengungkapkan apa yang mereka punya sebagai alat bukti.
Keira mendengkus. Dia melipat kedua tangan di depan dada. "Satu saksi bukan saksi," jawabnya datar.
"Ada dua orang saksi yang mendengar"
"Siapa?" tantangnya, yang jelas saja tidak mungkin di jawab demi melindungi alat bukti.
"Fine, saya sempat mengatakan kalau beberapa criminal melarikan diri demi menghindari tuntutan." Ia mengaku. "But, still. I have nothing to do with this all."Ayolah, dia sudah berkoporatif dalam membantu penyidikan, mengungkapkan apapun yang perlu ia ungkapkan. Seharusnya, dia hanya tetap menjadi saksi dan ini berakhir sejak tadi. Masalahnya, Keira mulai mencium bau-bau mencurigakan sejak tiga jam lalu di mana pertanyaan dari penyidik terus bertambah.
"Don't you guys feel tired?" dia tiba-tiba bertanya duluan, membuat laki-laki satunya yang mengetik BAP* menengok bengong ke arahnya. "I am tired already, to be very honest," keluhnya resah. Kedua tangannya ia tumpuhkan ke atas meja, menatap mereka lamat-lamat. "My alibi is strong enough to pass this all. I haven't met him since last friday. You guys can't make me as a suspect," ucapnya terus terang.
Well, sebagai advokat yang kerap kali mengurus kasus litigasi, dia terbiasa dengan pemeriksaan berbelit dan memakan waktu lama seperti sekarang, walau untuk mendampingi kliennya. Jadi, tidak heran kalau dia tahu alasan sebenarnya kenapa pemeriksaan ini belum berakhir.
Mereka menginginkannya jadi tersangka.
"Kalian tidak akan bisa mendapatkan pengakuan, karena saya memang tidak terlibat." Ia melanjutkan. Sempat-sempatnya menarik sudut bibir untuk menunjukkan betapa memukaunya lipstick merah muda yang baru dia oleskan sahat istirahat tadi.
"Anda yang menjamin Pak Warisman menjadi tahanan rumah, bagaimana mungkin Anda tidak terlibat sama sekali?"
"Itu karena kondisi kesehatannya."
"Kondisi kesehatannya baik-baik saja."
"Menurut Dokter dan surat-surat medis yang ada beliau dalam kondisi kesehatan yang buruk, maka itu juga yang saya ketahui," bantah ya setenang mungkin. "Upaya hukum yang saya lakukan tersebut memiliki dasar yang kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...