Hi, kubalik lagi nih, sorry mayan lama ya updatenya karena minggu ini mayan hectic 😭😭😭 terima kasih sebanyak2nya ya bagi yang rajin komen, vote and share, mana keak pada rela repot demi votenya tercapai wkwk 😭😭😭😭😭Sebelum baca bagian ini mungkin ada baiknya kembali baca part 6 - Enemy dulu hihi, tapi kalau masih inget atau mager tida apa2 sieeee.
Terus maaf ye ini partnya dikit nanti aku coba fast update. I will try.
Enjoy.
***
Pulang larut malam setelah penerbangan dari luar negeri merupakan rutinitas yang biasa bagi Ghidan. Pria itu baru turun dari taksi, tanpa membawa bagasi tambahan mengingat hanya pergi sehari. Tangan kanannya menenteng tas kerja, sementara tangan kirinya menyeret satu koper kecil.
Baru beberapa langkah berjalan, pria tinggi itu sudah menghentikan langkahnya kembali. Padahal, tidak seharusnya dia merasa seterkejut ini. Bukankah menemui Keira baru pulang bekerja selarut ini juga hal biasa? Mereka kan memang suka berkompetisi mengenai siapa yang lebih sibuk dan pulang paling larut.
Dari tempatnya berdiri, Ghidan mendapati perempuan itu berjongkok di teras rumah. Dia memangku iPadnya, mengetik entah apa dalam tempo cepat. Tasnya tergeletak sembarangan di lantai, sementara sepatunya masih ia kenakan. Di detik berikutnya, Ghidan segera menghampiri perempuan itu dan berdiri tepat di hadapannya.
"Kei?" tegurnya hati-hati.
Suara sapaan itu membuat Keira mengangkat kepalanya, memandangi Ghidan yang memanggil namanya dengan mulut terbuka.
"Ngapain di sini?" lanjut Ghidan heran.
Keira tidak langsung menjawab, dia malah planga-plongo layaknya orang yang baru terkena gendam. Beberapa detik kemudian, dia mengulurkan tangannya ke arah Ghidan dengan mata lelah yang masih mendongak pada pria itu.
"Where is my pop corn?"
Ghidan berdecak, bukannya memberikan apa yang Keira mau, dia mengoper tas kerjanya ke tangan kiri, lalu menyambut tangan perempuan itu dengan tangan kanannya sampai Keira ikut berdiri. Dia benar-benar diak habis pikir dengan kelakuan perempuan ini.
Sementara Keira masih bengong untuk beberapa saat menatap ke arah suaminya, sampai Ghidan harus berdehem dan berbicara lagi agar keduanya tidak terus-terusan bertatap-tatapan tidak jelas.
"Kerjanya di dalem aja, atau lanjut besok. Udah malem."
"Nanggung nih."
"Emang besok gak sempat?"
Keira menggeleng, "Besok udah rekonstruksi*," lanjutnya pasrah. Namun, dia ikut masuk dengan Ghidan ke dalam rumah, berikut membawa iPad serta tas yang tadi berserakan di lantai, mereka berjalan beriringan menelusuri ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...