Mengundang Keira bermalam di kondominiumnya ketika perempuan itu sedang menstruasi menjadi sebuah keputusan yang membuat Ghidan ngeri sendiri membayangkannya.Perempuan itu sudah jahat bahkan ketika suasana hatinya sedang baik. Bisa bayangkan bagaimana Keira dalam kondisi mood-swing dan perut yang perih? Itu sama saja seperti Ghidan menggali kuburan sendiri kalau dia tidak menjaga penglihatan dan ucapan. Salah lihat atau berucap sedikit saja, Keira bisa memperlakukannya layaknya ia kriminal yang pantas mendapatkan hukuman mati.
She is crazy.
"Mas Ghidan sayang sama Keira?" Arsen bertanya tiba-tiba ketika hanya ada anak itu dan Ghidan di ruang TV.
Tidak tahu harus memberikan jawaban apa, pria itu memilih mengangguk saja.
"Aku juga sayang sama Keira," lanjut Arsen. Dia menonton tayangan film animasi di TV dan memakan Kinder Joy dengan begitu menghayati. "Meskipun Keira kadang rese sama aku, mulutnya juga sering jahatin aku, tapi Keira melindungi aku. Dia juga mau bantuin aku pas aku kesulitan."
"Emang kapan kamu kesulitan?"
"Sekarang aku lagi kesulitan karena punya banyak tugas sekolah. Tapi, Keira mau bantuin."
Ghidan menahan tawanya. Jujur, bahkan setelah berminggu-minggu Arsen tinggal di rumahnya bersama Keira, Ghidan masih tak paham bisa-bisanya anak sekecil dan sepolos Arsen begitu tergila-gila pada Keira yang sering mengerjainya dan memperlakukannya bak mainan pelipur lara.
He doesn't deserve to be loved that way.
Mungkin ini yang dinamakan efek aneh psikologis. Ghidan tidak akan menemukan jawaban pakai logika orang waras. Namun, kalau gangguan psikologis seperti Stokholm Syndrome saja beneran nyata, berarti segala ketundukan Arsen terhadap Keira yang tidak memperlakukannya secara baik pun bisa dijelaskan.
"Mama dan Papi sudah suruh aku pulang, tapi aku gak mau berpisah dari Keira." Arsen mencurahkan isi hatinya dengan nada sedih. "Keira bisa baik-baik aja tanpa aku, tapi aku gak akan baik-baik aja tanpa Keira. Aku harus gimana?" tanyanya dramatis. Pasti dia mencontoh Keira makanya jadi begini.
Well, Martha dan ayah mertua Ghidan itu sudah meminta Arsen pulang dari hari pertama dia menginap di rumah mereka. Martha bahkan berniat melaporkan Keira ke polisi atas tunduhan penculikan anak di bawah umur. Keira masa bodoh, mana mungkin ada ancaman yang mampu menggertak seorang Keira. Menurut Keira, dia juga bisa melaporkan Martha balik atas pentelantaran anak yang di bawah tanggung jawabnya.
Untung pada akhirnya, Ghidan bisa menjamin dan menawarkan Martha sesuatu hingga perempuan itu bersedia 'menitipkan' Arsen di rumah mereka.
"Emang gak kangen sama Mama kamu?"
"Nggak," balas Arsen menggeleng. "Kata Keira, mama aku itu jahat."
"Omongan Keira jangan didengerin semua, Sen."
"Emang bener kok, Mamanya jahat." Keira yang baru keluar dari kamar mandi itu menimbrung. "Kamu dulu mau digugurin loh, Sen," ceritanya enteng.
"Watch your mouth, Keira!" Ghidan membentak, menegur omongan Keira. Ada hal yang tak seharusnya ia beritahu pada anak sekecil ini, juga tidak seharusnya dia mengadu domba perempuan yang mempertaruhkan nyawa demi melahirkan Arsen.
Arsen menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tentu saja dia sedih. "Aku udah tahu itu dari dulu. Tapi, kata Keira, aku tetep harus bangga lahir ke bumi karena itu artinya, aku punya banyak kesempatan untuk makan makanan enak, nggak kayak buih-buih lainnya yang udah gugur duluan."
"Nah, good boy!"
Ghidan hanya bisa melengos. Tidak paham dengan doktrin-doktrin aneh yang ditanamkan Keira ke dalam kepala Arsen. Hubungan kedua kakak-adik ini juga tidak kalah anehnya. Sementara perempuan itu masuk ke salah satu kamar Ghidan untuk mengganti baju, Arsen menatap penuh arti ke arah Ghidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blues (COMPLETED)
Romance"Marriage is hard, divorce is hard. Choose your hard." Menikahi perempuan tukang kontrol dan selalu ingin menang sendiri bukanlah perkara mudah. Hebatnya, Ghidan Herangga berhasil menjalani itu selama tujuh tahun berturut-turut. Tanpa persetujuannya...