50. (Don't) Fight The Feeling

100K 11.5K 3.8K
                                    

17+ and trigger warning! Part ini juga mengandunng banyak deskripsi, smg bisa dipahami dan gak riweuh ya.

***

Ada banyak pilihan aktivitas yang bisa Keira lakukan pada detik ini. Namun, perempuan itu memilih duduk di samping Ghidan yang sibuk berkutat dengan MacBook. Awalnya hanya duduk santai, lalu nekat menyenderkan kepalanya di bahu kiri suaminya itu. Untungnya, pria itu belum juga mengucapkan protes, meskipun jelas sekali kalau kegiatan Keira agak mengganggu. Belum lagi bagian kedua tangannya yang perlahan mendekap erat salah satu lengan Ghidan. Pakai acara menyenderkan kepalanya ke bahu Ghidan pula.

Sementara Ghidan tetap melanjutkan pekerjaan bertukar email serta mengecek dokumen yang menjadi lampiran, kesunyian yang terjadi membuat isi pikiran Keira melalang buana kemana-mana.

Keira teringat bagaimana dia membenci lantai dua, sempat sebisa mungkin dia tidak mau menyentuhnya. Dia juga membenci kamar Ghidan yang dulu merupakan kamarnya juga, sempat lebih memilih membuat kamar baru di lantai bawah. Paling penting, dia sangat membenci Ghidan sampai membuat jarak dan membangun dinding pembatas setinggi-tingginya.

Kini, rasa bencinya terhadap tiga hal itu tampaknya berubah.

Buktinya, Keira jadi lebih suka menghabiskan waktu di lantai dua, tertidur di kamar Ghidan, atau menghabiskan waktu bersama pria itu sebisanya. Kalau dulu dia menolak untuk melakukan hubungan badan dengan suaminya sendiri karena alasan tak suka sehingga disentuh saja dia tidak terima, kini Keira tidak keberatan memintanya lebih dulu.

Bahkan tadi siang, Keira mencurahkan isi hatinya pada Bimbie yang sudah berada di Jakarta. Bimbie baru tiba kemarin malam. Hanya saja, Bimbie sudah mampu menyewa apartemen sendiri berkat project-nya di Bangkok sehingga tidak lagi jadi parasit di kediaman Ghidan dan Keira.

"Apa mungkin aku hypersex?" tanya Keira tiba-tiba dengan nada dramatis. Matanya yang menatap tajam Bimbie juga tak kalah dramatis.

Alis Bimbie bertaut, Keira bukan tipikal yang dikit-dikit overthinking, dia cenderung cuek mengenai hal-hal sepele macam begini. Mereka memang masih berhubungan lewat Facetime ataupun Whatsapp. Namun, Bimbie tetap merasa ada yang tidak sama dengan Keira. "Itu sih normal, Nek. Kecuali dalam sekali main, yeiy baru puas kalau udah sepuluh ronde."

"Kalau itu sih, baik saya maupun bapak Ghidan yang terhormat sama-sama gak kuat, Bim," balasnya sambil memutar bola mata.

Well, Keira hanya aneh saja mengingat mereka kini melakukannya tiap hari, kalau tidak sebelum tidur, sewaktu bangun tidur. Ghidan juga mau-mau saja meladeninya tiap kali Keira menginginkannya. Dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya, wajar kan kalau Keira merasa ini keseringan?

"Yang aneh tuh justru dulu, Nek. Laki seksoi begindang kagak dikasih jatah berbulan-bulan. Duh, untung gak eike embat" Bimbie gregetan sendiri mengingat bagaimana hubungan Ghidan dan Keira di masa kegelapan sebelumnya. "Mana dikata-katain lagi, dih dasar wanita jahat!"

Keira mendesah.

"Bim, aku gak bohong waktu bilang kalau rasanya gak enak, dan bikin aku merasa... jijik?" Keira agak ragu menentukan kata akhir pada kalimatnya yang tepat. "Boro-boro puas, pas belum mulai aja kepala udah pusing, perut mual, dan kalaupun dipaksakan, cuma kepingin itu cepat berakhir. I just told him what I felt honestly, emang salah?"

"Ya, jelas salah lah!" jawab Bimbie dengan nada nyinyirnya. Dia berdehem kemudian, memberikan raut lebih serius.

"Coba deh, Nek, bayangin kalau keadaannya dibalik, sekarang pas kamu lagi pengen-pengennya, Ghidan nolak kamu mentah-mentah terus bilang di depan muka kamu kalau permainan kamu gak enak, dan sentuhkan kamu bikin jijik. What would you feel?"

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang