44. One More Night

80.8K 10.2K 2.6K
                                    


Di part sebelumnya, votes-nya lebih rame dr biasanya, masa sie w harus bete-betean dulu biar rame? wkwk.

Ya, aku memang tida bisa update cepet terus shay, memasuki bagian2 sulitnya ini hehey, makanya gak mau janji-janjian kapan update gitu😺😺😺 Ini masih cepet bgt loh, biasanya w sampe berbulan2...

Anyway, terima kasi sudah mencintai mba keira dengan segala ketoxicannya sampe sejauh ini! Seneng deh mayan juga nih yang cucokkkk.

Ok enjoy.

***

Menghadiri pesta pertunangan Sania dan Marco membuat Keira baru sadar kalau yang membencinya lebih banyak dari yang ia duga. Buktinya, beberapa orang yang tidak dia kenal pun turut memberikannya pandangan sinis disertai bisik-bisik saat melihat eksistensinya. Well, tidak masalah, toh memang tujuannya kemari memberitahu mereka kalau tidak ada yang menyedihkan dari dirinya.

Setelah ditarik oleh Ghidan untuk mengobrol dengan Ibu-nya Sania, Keira sempat bengong beberapa saat. Ada banyak hal yang rupanya berjalan jauh, sementara dia berada di arah yang berbeda. Dua tahun lebih memutuskan hubungan dengan Sania ternyata membuat Ghidan malah berteman dekat dengan perempuan itu. Masuk akal sih, Sania saja bertunangan dengan Marco yang merupakan sahabat Ghidan, dan dua orang pemilik acaranya ini pun sedang mengobrol akrab dengan Aruna. Well, Keira yang tidak biasa peduli malah diam-diam memperhatikan dan menebak-nebak ini semua.

"You seem not to enjoy the party." Ghidan berkomentar seiring dengan memberikan Keira segelas minuman, menghentikan lamunan panjang perempuan bergaun champagne itu.

"You don't put any drug on my drink, do you?" tanyanya menyipitkan mata curiga, tapi tetap mengambil minumannya.

Ghidan malah tertawa, dia mulai terbiasa dengan candaan sinis Keira yang menurutnya tidak lucu, dan biasanya membuatnya naik darah. Mungkin benar, memang dia yang terlalu sensitif terhadap apapun yang berhubungan dengan Keira sehingga cepat marah.

Keira itu meneguk habis minumannya. MC mengumumkan kalau acara pertukaran cincin akan segera dilaksanakan, dan seluruh tamu undangan diharapkan menjadi saksi atas perikatan awal Sania dan Marco. Keira malah berdecak, dia kemudian menyerahkan gelasnya yang kosong ke tangan Ghidan karena tidak ada waitress yang lewat.

"Aku mau ke toilet," ucapnya kalem. Namun, mata Ghidan malah fokus memandang ke arah lain.

Keira memutar bola matanya mengejek, lalu segera berjalan menuju toilet yang berada di paling belakang rumah Sania. Dia juga sempat bertemu dengan salah satu ART Sania dari kecil, yang bertanya kenapa Keira tidak pernah lagi main ke rumah Sania. Untuk basa-basi, tentu saja. Mana mungkin Sania tidak bercerita.

Meskipun dia lebih suka gaun putih yang sebelumnya, Keira bersyukur mengenakan gaunnya yang sekarang karena memudahkannya saat buang air kecil di kamar mandi. Perempuan itu tentu saja menyempatkan diri untuk touch-up, memastikan penampilannya tidak kurang sedikitpun. Tidak peduli riuh tepuk tangan di luar sana. Toh, pertunangan Sania sama sekali tidak penting untuknya.

"You are so gorgeous," pujinya sambil tersenyum lebar kepada pantulan bayangannya sendiri. "People opinion about you don't matter." Ia melanjutkan masih dengan senyum.

Setelahnya, dia keluar dari kamar mandi. Sayangnya, baru selangkah heels-nya menginjak pintu keluar, tangannya malah ditarik paksa oleh seseorang, membuatnya nyaris terjatuh.

Keira terkejut, tentu saja. Dia sempat tidak melakukan perlawanan, sampai akhirnya menyadari kalau dia tidak mengenal laki-laki yang menariknya ini. Dalam sekali hentakan kuat, tarikan tangan itu terlepas. Buru-buru Keira berjalan dari sana dengan heels-nya yang tinggi menuju keramaian acara. Belum sempat mencapai sana, tangannya kembali ditarik paksa dan badannya didorong sampai membentur dinding.

Marriage Blues (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang