Chapter 25

1.9K 204 41
                                    

Dua hari menginjakkan kaki di Negeri Sakura, Aeyeon tentu merasakan hal yang sedikit berbeda. Meskipun Korea dan Jepang tidak begitu jauh perbedaannya. Namun Aeyeon akui, disini rasanya lebih tentram dan damai.

Pagi-pagi seperti ini biasanya ia akan menyiapkan sarapan untuk Jungkook. Tapi tentu kali ini berbeda, saat ini ia ada pertemuan dengan dosen pembimbingnya yang baru.

Soal ponsel, Aeyeon sudah punya dan tentu saja itu adalah pemberian Kakaknya.

Omong-omong kalau boleh jujur, ia amat merindukan Jungkook. Oke, ia akui kalau dirinya suka pada Jungkook. Ah, tidak, lebih tepatnya cinta. Lalu bagaimana dengan Younghoon? Entahlah, Aeyeon jadi merasa ia menyukai dua pria sekaligus. Terdengar egois memang.

"Mau kuantar?" tawar Jimin begitu melihat adiknya yang sudah berpakaian rapih keluar dari balik pintu kamarnya.

"Boleh," jawabnya sambil mengangguk.

Jimin lantas menyambar kunci mobilnya yang terletak diatas nakas kemudian mereka berjalan bersamaan keluar rumah. Jimin memang mempunyai mobil disini, selama ia di Korea mobilnya ia titipkan pada sepupunya yang sudah lama tinggal di Jepang.

"Oh ya, kemarin Jungkook menghubungiku, dia menanyakan kabarmu. Dari nada bicaranya dia terdengar sangat rindu padamu," Jimin memecah keheningan dan ucapannya sontak membuat Aeyeon dengan malas mengalihkan pandangan keluar jendela.

Gadis itu tidak menyahut apapun. Ia terlalu malas untuk membahas Jungkook sekarang. Bayangan tentang Jungkook bersama gadis itu berhasil memancing emosinya.

"Dia juga menanyakan nomor ponselmu, dan aku mem--"

"Jangan!" sela Aeyeon cepat dengan mata membulat sempurna.

"K-kenapa?" agaknya Jimin terkejut dengan pekikan tiba-tiba dari adiknya.

"Kubilang aku tidak mau berurusan dengannya lagi. Dia sudah punya tunangan, aku tidak mau menjadi perempuan jahat." jawabnya kembali membuang muka kesamping sambil menahan bendungan di pelupuknya agar tidak pecah.

"Yeon.. Jungkook sudah bilang bukan kalau dia terpaksa menerima tunangan itu karena permintaan ibunya?" Jimin berujar lembut berusaha membuat adiknya tenang.

"Tapi tetap saja, hatiku sakit Hiks...," pecah sudah tangisnya memenuhi mobil.

Jimin yang melihatnya menjadi tidak tega. Ia menghentikan mobilnya di tepi jalan dan menarik adiknya masuk kedalam pelukan, kemudian mengelus surainya mencoba menenangkan.

"Mau telepon temanmu? Younghoon? Soodam?" tawarnya berusaha mengembalikan mood sang adik, karena pasti Aeyeon akan sangat antusias jika menyangkut mereka berdua.

"Mau, aku ingin telepon Soodam. Sudah lama sekali rasanya," Aeyeon menyodorkan telapak tangannya bermaksud meminta ponsel Jimin yang sudah dijadikan sebagai miliknya. Memang begitu, Jimin merelakan ponsel kesayangannya untuk sang adik dan ia membeli yang baru.

"Omong-omong kenapa ponselmu bisa sampai rusak? Biasanya tiga tahun lebih pun ponselmu awet." tanyanya setelah mengingat pertanyaan yang sudah lama ia tunda. Bersamaan dengan keluarnya pertanyaan itu Jimin kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

"Jungkook yang merusaknya, dia kesal karena aku bekerja di club malam." jawabnya spontan tanpa sadar karena sibuk mengingat-ingat nomor ponsel Soodam yang sialnya hampir ia lupa.

"APA?!"

Teriakan nyaring dari Kakaknya berhasil membawa kepala Aeyeon untuk menoleh, ia menghela napas. "Kumohon jangan salah paham. Aku hanya bekerja sebagai waiter disana." jelasnya menundukkan kepala karena untuk menatap wajah Jimin saja ia terlalu takut. Kakaknya itu kalau sudah marah benar-benar seram.

Sincerity [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang