Lagi males ngerevisi krn ini chapternya cukup panjang, tapi pengen update sekarang :" jadi mohon maaf jika banyak typo yg bertebaran 💜 ih kok nyambung ya :D
Happy reading!♡︎
°°°
Setelah membeli beberapa bunga, Aeyeon kembali melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus umum. Ia memilih duduk di kursi nomor empat dan bersebelahan dengan kaca. Tempat favoritnya. Bibir berwarna merah muda itu dilipat ke dalam seraya menatap kearah bunga-bunga yang tadi ia beli.
"Eomma, Appa, aku merindukanmu."
Jika di ingat-ingat, sudah lama sekali Aeyeon tidak mengunjungi ayah dan ibunya. Semakin dewasa Aeyeon semakin sibuk, pekerjaannya benar-benar tidak bisa ditinggal. Apalagi setelah rangkaian kejadian rumit yang menimpanya beberapa waktu lalu. Beruntung hari ini jadwalnya tidak terlalu padat.
Setelah turun dari bus, Aeyeon kembali berjalan beberapa langkah sampai akhirnya sampai di krematorium. Ia berhenti mencari ketika menemukan tempat kedua orang tuanya, kemudian meletakkan sebuket bunga mawar putih di sana.
"Eomma, Appa, maaf aku baru mengunjungi kalian sekarang." ucapnya sambil menatap bergantian kepada foto kedua orang tuanya. Biasanya ia akan mengunjungi krematorium bersama Jimin karena Aeyeon akan menangis dan sulit ditenangkan. Tetapi setelah memberanikan diri dan bertekad untuk tidak menangis, Aeyeon akhirnya datang sendiri hari ini.
Kedua matanya sudah perih dan memanas. Sejak kematian kedua orang tuanya, masalah-masalah mulai berdatangan seiring waktu. Dimulai dari keluarganya yang jatuh miskin, hingga perasaan terlarang yang tumbuh di hati kakaknya padanya.
"Aku sebentar lagi akan menikah, Appa, Eomma. Tolong doakan aku agar semuanya berjalan dengan lancar. Aku juga belum bertemu dengan keluarga Jungkook untuk membicarakan hal ini. Aku sangat gugup, tolong bantu aku."
Aeyeon kembali mencurahkan isi hatinya sampai ia merasakan lega. Selalu seperti itu. Gadis itu menghapus air matanya lalu tersenyum, seakan kedua orang tuanya membalas senyumannya.
"Aku pergi dulu, setelah ini aku akan memberikan kejutan untuk calon suamiku. Sampai jumpa, Appa, Eomma." pamitnya lalu membungkuk 45 derajat. Aeyeon menarik napas panjang lalu menghembuskannya lewat hidung setelah keluar dari krematorium. Rasanya sangat melegakan, seolah seluruh energinya terisi kembali.
Setelah menunggu cukup lama di halte, Aeyeon mendapatkan bus dan ia menaikinya. Jika tidak salah ingat, ini pertama kalinya sejak ia datang waktu itu saat acara pelantikan CEO di perusahaan Jungkook. Dan karena itu pula, ia ditahan oleh resepsionis yang melarangnya untuk masuk ke ruangan CEO tanpa ada janji sebelumnya.
Aeyeon berdecak untuk yang kesekian kali ketika Jungkook tidak juga mengangkat panggilan telepon darinya. Aeyeon menatap sekeliling sebentar, haruskah ia pergi dari sini? Oh tidak, jarak rumahnya dengan perusahaan Jungkook cukup memakan waktu. Barulah sekarang Aeyeon merutuki dirinya sendiri karena tidak Mengabari Jungkook kalau ia ingin berkunjung ke perusahaannya. Kalau sebelumnya ia memberitahu pria itu, mungkin saja resepsionis menyebalkan yang sedari tadi menatapnya sinis itu langsung membawanya masuk ke ruangan CEO. Hah, jika saja dia tahu, bisa saja Aeyeon meminta Jungkook untuk memecatnya. Perilakunya tadi benar-benar tidak ramah.
"Ah, sudahlah!" Aeyeon memutuskan pergi dengan wajah masam. Matahari terik sekali siang ini, jadi ia melepaskan jaketnya dan sekarang hanya tersisa kaos putih polos sebagai dalamannya.
"Oh, Aeyeon-ssi?"
Spontan karena itu Aeyeon membalikkan badannya kearah sumber suara. Ia mengedipkan beberapa kali matanya ketika merasa tidak mengenal pria yang memanggil namanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
Fiksi PenggemarPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...