Chapter 09

2.2K 269 29
                                    

Jeon Jungkook itu irit bicara, pendiam, dan juga dingin. Bahkan saat pemotretan tadi pria itu hanya diam sambil menuruti apa kata Aeyeon--seperti harus berpose bagaimana. Tapi tidak apa, bukan masalah besar. Gadis itu sudah menduga akan mendapatkan hasil terbaik karena didukung oleh paras menawan milik Jungkook ditambah vibes pria itu yang menyerupai model ternama.

Untuk sekarang mereka tengah menyantap makan siang di sebuah restoran sederhana yang tak jauh dari lokasi Sungai Han. Aeyeon memang memilih Sungai Han sebagai latar belakang fotonya. Lalu setelah itu memutuskan pulang karena Jungkook bilang akan ada kelas tambahan.

"Eum, terimakasih atas tadi. Dan maaf juga karena sudah merepotkanmu." rasanya hanya sekedar mengatakan kalimat barusan sulit sekali mengingat Jungkook itu punya aura mencekam yang cenderung menyeramkan. Aeyeon selalu saja merasa canggung walau mereka sudah tinggal bersama dalam beberapa waktu.

Jungkook terlihat mengendikkan bahunya tanpa sungkan, "Hm, bukan masalah."

Aeyeon sedikit menarik senyum kemudian mengangguk dan kembali melahap makan siangnya.

"Jungkook-ssi, apa kau tahu kabar Kakakku bagaimana? Yang kutahu kau dekat dengannya. Bisakah kau memberitahukannya padaku?" Aeyeon kembali membuka suara dengan sorot matanya yang terlihat sendu.

"Kakakmu?" Jungkook menjeda sembari menghela napas pelan, "Akhir-akhir ini dia jarang bergabung, mungkin karena terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Akhir-akhir ini juga dia jarang menghubungiku, tidak seperti biasanya." jawab Jungkook sekenanya.

"Benarkah itu?" Aeyeon menundukkan kepalanya dalam, lalu memainkan jemarinya diatas paha berbalut celana kulot kesukaannya.

"Aku ingin sekali menemuinya, tapi aku masih takut." lirihnya merenung.

Jungkook menghentikan kunyahannya sebentar, "Aku mengerti perasaanmu. Sebagai seorang kakak aku tahu persis bagaimana perasaan Jimin Hyung, pasti dia sangat kesepian ditinggal olehmu. Tapi disaat bersamaan aku merasa kesal padanya kenapa bisa sampai berbuat hal seperti itu padamu."

Aeyeon membuang napas gusar melalui celah-celah giginya, "Kakakku hanya kesepian, dari dulu dia sangat menyayangiku. Tapi aku bahkan tidak pernah berpikir sekalipun kalau Kakak akan berbuat hal yang hina seperti itu."

"Kalau begitu besok kita menemuinya. Aku tahu kau pasti sangat merindukannya, 'kan?"

"Benarkah? Tapi aku takut," cicitnya menatap Jungkook sembari menggigiti bibir bagian dalam.

"Tenang saja, selama ada aku kau akan baik-baik saja." tuturnya tulus senantiasa dengan raut muka datar. Mendengar hal itu tentu membuat Aeyeon tertegun dan merasakan hatinya menghangat.

Astaga, dia baik sekali. Batinnya dalam hati sambil menatap lurus pada Jungkook.

"Kau sudah selesai?"

"Ah? Sudah. Tunggu sebentar disini, aku akan membayarnya dulu." Aeyeon cepat-cepat beranjak dan membayar semua pesanan mereka menggunakan uang sakunya yang masih tersisa.

Sementara Jungkook merasakan ponselnya bergetar didalam saku, ia lantas mengambilnya dan langsung menarik tombol hijau agar telepon tersambung.

"Ada apa menelponku?"

"Chagi, kau kemana? Kau bilang kita akan makan siang bersama?" terdengar suara perempuan dari ponselnya, itu Cha Nalhee--kekasihnya. Mereka baru menjalin hubungan satu hari lalu.

"Maaf, aku lupa. Mungkin lain kali saja, setelah ini aku ada kelas."

"Kenapa begitu? Padahal aku sudah berdandan secantik mungkin untuk makan bersama denganmu. Kau menyebalkan!" Nalhee terdengar kesal dari nada bicaranya.

Sincerity [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang