Tidak ada deretan kata apapun yang Aeyeon terima di ponselnya dari Younghoon setelah kejadian beberapa hari lalu dimana semuanya menjadi kacau. Biasanya dalam sehari Younghoon akan menghubunginya lebih dari 10 kali. Tapi sekarang, bahkan ponsel Aeyeon sangatlah sepi.
Tidak menampik kalau kejadian tersebut membuatnya dirundung rasa bersalah. Melihat bagaimana tatapan Younghoon yang begitu kecewa padanya, cukup membuat hati Aeyeon terasa tersayat sesuatu. Selama lebih dari lima tahun berteman, Aeyeon baru melihat bagaimana Younghoon menunjukkan sisi yang jarang—atau mungkin belum pernah ia lihat itu.
"Sedang memikirkan apa?"
Suara deep barusan yang mendarat mulus menyapa indra pendengarannya membuat lamunan Aeyeon terbuyar dan agak tersentak karena munculnya tiba-tiba. Tanpa menoleh dan melihat, Aeyeon sudah tahu siapa yang berbicara tadi.
"Bukannya hari ini kau kerja? Kenapa kemari?"
"Apa salahnya jika aku mengunjungi calon istriku ini? Sekalian aku ingin makan masakanmu. Sudah lama sekali rasanya." jawabnya sambil membuahkan beberapa kecupan ringan di pipi kanan sang gadis. Tentu masih dengan kedua tangan yang melingkar apik di perut Aeyeon sejak pertama kali ia menyapa gadis itu.
"Jungkook, bisa lepas dariku? Aku tidak leluasa memasak jika seperti ini."
"Nanti. Biarkan aku mencium pipi buntalmu sampai kenyang." dengan bibirnya yang berkata begitu, namun kenyataannya kini ciuman itu berpindah pada leher jenjang Aeyeon yang terekspos bebas karena rambutnya yang digelung ke atas. Sehingga memudahkan Jungkook untuk menjamah seluruh permukaannya.
Tidak berapa lama hal itu terjadi, kegiatannya terpaksa terhenti karena suatu pergerakan yang begitu cepat terjadi. Aeyeon memutar tubuhnya, lalu membungkam bibir nakal itu menggunakan ranum miliknya yang masih saja menggoda walau di pagi hari. Percayalah kalau hal itu Aeyeon lakukan agar Jungkook menghentikan kegiatannya sehingga ia bisa bebas menyiapkan makanan di atas pantry dapur.
"Kau pikir kau bisa lepas begitu saja setelah menggodaku?" tahu-tahu Jungkook menahan lengan Aeyeon untuk tidak pergi. Enak saja langsung pergi setelah memporak-porandakan hatinya—begitu pikirnya.
Ciuman saling menyalurkan cinta pun terjadi. Di bawah sana, tangan Jungkook menarik bokong sintal Aeyeon untuk memperdekat jarak. Sementara satu tangannya lagi bertengger di tengkuk sang gadis agar ciuman mereka tetap dalam. Decapan-decapan antara bibir mereka mulai terdengar di antara ruang dapur yang benar-benar sunyi. Seakan rumah ini milik mereka berdua tanpa memedulikan jika masih ada satu orang lagi yang tinggal.
Sesi kegiatan Jungkook berlanjut pada sesuatu yang lebih intim. Mengingit dan menyapukan lidahnya ke segala bagian bibir Aeyeon adalah kegiatannya saat ini. Jungkook bersumpah, mungkin setelah ini akan terjadi 'sesuatu' yang membuat mereka sama-sama basah jika saja Park Jimin yang Jungkook cap sebagai pengganggu pagi ini tidak memekik terkejut.
"Astaga! Kalian menodai mataku!"
Dengan gerakan spontan Aeyeon mendorong dada bidang Jungkook tepat setelah mendengar suara tersebut. Mereka sudah tertangkap basah. Mungkin reaksi Jungkook biasa saja seolah tidak terjadi apapun. Seratus persen berbeda dengan Aeyeon yang jantungnya sudah bertempo semakin cepat dan rasa malu yang mulai menyerangnya. Astaga, malu sekali.
"Aish, kalian membuatku iri." desis Jimin dengan bibir maju. Terkesan mengejek—namun memang seperti itu kenyataannya.
"Lain kali lakukanlah di tempat yang tidak ada orang lain agar tidak mengganggu. Tapi sebelum itu, nikahi Adikku dulu. Jadilah pria sejati, Jeon Jungkook." bisik Jimin seraya mendekat kearah Jungkook lalu menjauh untuk mengambil roti yang sudah dipoles selai stroberi di atas meja. Setelahnya melenggang pergi dengan suara ketukan sepatu pantofelnya yang mengiringi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...