Chapter 51

1.5K 174 35
                                    

“Kau bisa berjalan sendiri, 'kan?”

Kepalaku terangkat dan berhenti sejenak melepaskan sabuk pengaman untuk menatap Jungkook yang agaknya berbicara padaku. Bibirku tergerak, kemudian mengangguk. Setelah mendapat anggukan dariku, dia melepas seatbelt-nya dengan mudah dan membuka pintu mobil lalu keluar.

Aku menatapnya bingung. Jarang sekali Jungkook seperti ini, biasanya dia akan menungguku melepas sabuk pengaman atau bahkan membantuku membukanya kalau aku kesulitan. Setidaknya jika tidak membantu, dia tidak akan meninggalkanku seperti ini.

Setelah aku turun Jungkook sudah tidak kelihatan di pandanganku. Aku menghela pelan, dia pasti sudah duluan naik lift. Sepertinya dia benar-benar marah. Akhirnya aku naik lift sendiri sembari terus mengigit bibir bawahku resah.

Setelah sampai di apartemen, segera kupencet beberapa tombol untuk membuat pintu terbuka. Kulihat Jungkook tengah membuka dua kancing teratas kemejanya di ruang tengah ketika aku masuk.

"Kau sudah makan siang?" aku berjalan menghampiri dan sekarang berdiri di sebelahnya. Jungkook tidak menatapku, dia malah pergi kearah sofa dan duduk di sana. Pergerakannya seperti sedang menghindariku.

"Aku sudah makan siang dengan klien-ku." jawabnya sembari membuka laptop miliknya dan mulai mengerjakan sesuatu di sana. Aku memutuskan untuk ikut duduk di sebelahnya, juga ikut menatap pada layar laptopnya yang menyala. Ternyata Jungkook tengah melihat perkembangan perusahaannya.

"Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?" tanyaku basa-basi. Entah kenapa aku merasa Jungkook mengabaikanku. Dia sepertinya benar-benar marah. Tapi, aku melakukannya untuk memberinya kejutan, bukan? Tidak ada maksud lain selain itu.

"Hmm." jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan kepadaku. Aku menatapnya lama tanpa dia tahu. Lalu tak berapa lama kemudian kulingkarkan kedua tanganku pada tubuhnya dan meletakkan kepalaku untuk bersender di dadanya. Jungkook terkejut akan hal itu. Dia menghentikan aktivitasnya sejenak dan mencoba membuka lilitan tanganku namun tidak bisa karena aku mengeratkannya.

"Lepaskan, Yeon."

"Tidak mau." aku malah semakin mengeratkan pelukannya dan sekarang mendusel di dada bidang Jungkook yang alhasil membuatnya terdengar mendengus kasar.

Sampai pada akhirnya, Jungkook melepas paksa pelukanku dengan tenaga kuatnya. Kedua pergelangan tanganku terasa sedikit sakit karena cengkeramannya. Dia hanya menatapku setelahnya, pun aku juga begitu. Tatapannya mengingatkanku pada pertemuan pertama kami, dan saat dia meminta ganti rugi soal laptopnya.

"Kenapa?" tanyaku karena dia terus menatapku tanpa mengatakan apapun. Suara bicaraku sengaja kubuat seperti menantangnya.

Aku terkejut ketika dia tiba-tiba memegang rahangku dan menariknya sehingga bibir kami bertemu. Kali ini ciumannya begitu kasar, tetapi aku tetap berusaha mengimbanginya. Jungkook terburu-buru sekali. Dia cukup lama melakukannya hingga berhenti ketika menyadariku mulai kehabisan napas.

Wajah kami sangat dekat saat ini, napas hangatnya menyapu permukaan wajahku dengan mudahnya. Saat wajahku maju untuk kembali menciumnya, dia justru menghindar dan berdiri lalu melangkah pergi yang membuatku bingung sekaligus malu karena secara terang-terangan dia menolakku.

"Bagaimana caranya aku meminta maaf padamu?"

~♡~

Malam ini sesuai isi pesan dari ibu mertuaku, Jinhee dan dia sudah sampai di apartemen kami. Mereka bilang ingin main sekaligus mau mengunjungi kami yang notebene masih menjadi pengantin baru. Walau begitu, aku tetap menyiapkan banyak makanan dan berniat mengajak mereka berdua untuk makan malam bersama.

Sincerity [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang