Warning! Mature content.
Be wise :)°°°°
Sekarang Aeyeon tengah merenung di kamarnya. Tidak ada yang ia lakukan, selain hanya duduk di bibir ranjang dengan tatapan kosong nyaris ingin menangis yang menghadap ke depan. Sudah dua hari ia di sini, di tempat asing yang bahkan tidak tahu letaknya di mana. Tentu sangat membosankan. Younghoon mengurungnya.
Tidak ada yang pria itu lakukan, dia hanya mengurungnya tanpa berbuat hal-hal ngeri yang sempat terbesit di pikiran Aeyeon. Selama dua hari pula Aeyeon kebanyakan menghabiskan waktu di kamar, kendati Younghoon seringkali menawari untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Aeyeon hanya tidak mau, suasana hatinya tidak mendukung biarpun kenyataannya ia sangat menyukai pantai.
Terdengar suara kunci yang diputar dari luar, pintu kayu berwarna coklat tua itu terbuka dan menampilkan presensi Younghoon yang membawa nampan berisikan makanan juga segelas air di atasnya. Pintu kembali ditutup dengan rapat dan Younghoon berjalan menghampiri dengan langkah tenang juga senyuman tipis namun manis di wajahnya.
"Makanlah, kau belum makan sejak pagi." ujarnya mendudukkan diri tepat di sebelah Aeyeon dan menyerahkan nampan dengan makanan yang terlihat menggiurkan itu. Namun Aeyeon menggeleng, tubuhnya di geser untuk menjauh dari Younghoon yang terlihat membuang napas kasar ketika ia melakukan itu.
"Perutmu bisa sakit jika tidak makan. Apa aku harus menyuapimu?" meskipun kesal Younghoon tetap berusaha sabar.
"Tidak mau. Aku hanya ingin pulang."
Younghoon mati-matian bersabar menghadapi sikap keras kepala Aeyeon sejak pagi tadi. Ia mengeraskan rahangnya dan gigi-giginya bergemelutuk di dalam sana.
"Makan, Aeyeon. Aku tidak mau kau sakit." Younghoon mengaduk sebentar makanan itu dan menyodorkan sesendok pada gadis di depannya.
"Kau jahat." suara isakan yang Younghoon dapatkan. Di sana sudah mengalir air bening yang berasal dari kedua manik Aeyeon.
"Seharusnya kau tidak melakukan ini. Tolong bawa aku pulang," ucapnya sambil menunduk menghapus air matanya namun sepertinya cairan likuid itu tetap ingin mengalir membasahi pipinya.
"Aku hanya mencoba mempertahankan apa yang ku punya." ucap Younghoon dengan nada dingin dan cukup hambar.
"Apa maksudmu?" Aeyeon mendongakkan kepalanya dan menatap Younghoon penuh tanda tanya.
"Kau bersama Jungkook. Kenyataan yang begitu memuakkan. Kau tahu, aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Dulu, saat di karnaval kampus, aku berniat menyatakan perasaanku padamu. Tapi tidak jadi karena suatu kendala. Saat itu aku kecewa pada diriku sendiri, dan akhirnya kembali menunggu sampai diriku kembali siap. Aku tahu semuanya, kau mengagumiku sejak semester pertama masuk kuliah. Tidakkah kau menyadari kalau semua sikapmu padaku menunjukkan kalau kau menyimpan sebuah perasaan lebih dari seorang teman? Ternyata benar kata orang-orang, laki-laki dan wanita itu tidak bisa bersahabat. Pasti akan ada dari salah satunya yang menganggap lebih hubungan itu. Dan itu kau, tetapi aku segera menyadarinya dan lambat laun perasaan itu muncul sendiri memenuhi relung hatiku. Jadi bisa di simpulkan, aku menyukaimu, Park Aeyeon." ucapnya panjang lebar dengan intonasi serius juga tatapan matanya. Aeyeon meneguk ludahnya yang terasa seperti gumpalan alot di kerongkongannya, lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Tidak, Younghoon. Kita harus tetap bersahabat. A-aku memang m-menyukaimu saat dulu, tapi sekarang tidak lagi. Aku menyukai Jung—"
Aeyeon dikejutkan dengan suara pecahan kaca yang begitu nyaring dan spontan membuatnya tidak jadi meneruskan ucapan. Makanan itu terbuyar di atas lantai bersama piring dan juga gelasnya yang pecah. Younghoon melemparnya kasar dan penuh emosi, kedua matanya pun sudah mengkilat marah sejak Aeyeon menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...