Chapter 42

1.5K 162 5
                                    

Pagi ini Jungkook memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Tentu karena desakan dari sang Ibu yang memaksa, pasalnya Jungkook jarang pulang ke rumah dikarenakan sibuk dengan urusan kantor. Jadi, pria itu memilih bersinggah di apartemen karena jaraknya dengan kantor lebih dekat di bandingkan dengan rumahnya.

Sesampainya di sana Jungkook langsung di sambut hangat oleh orang rumah. Ibunya beringsut langsung memeluknya erat dan sesekali mengusap belakang kepalanya melepas rindu. Terlihat jelas kalau Jisu sangat merindukan putranya.

"Ibu sudah siapkan sarapan, ayo makan bersama." ujarnya mengapit lengan Jungkook menuntunnya kearah meja makan. Di sana sudah ada Jinhee yang sudah rapih juga wangi sedang memakan makanannya dengan tenang. Sepertinya gadis itu sudah siap pergi ke kampusnya.

Melihat Jinhee membuat Jungkook mendadak teringat akan perkataan Aeyeon. Gadis itu belum siap bertemu Jinhee, takut tidak di maafkan. Padahal Jungkook pasti akan membantu menjelaskannya supaya Jinhee mengerti. Tapi tidak apa, ia tahu Aeyeon belum siap. Ia tidak akan memaksa.

"Bagaimana pekerjaanmu, sayang?" tanya Ibunya sembari menuangkan beberapa lauk ke piring Jungkook.

"Baik-baik saja, Bu." Jungkook menjawab dengan jawaban seadanya juga dengan suaranya yang sedikit lesu seperti tidak punya semangat hidup. Nyonya Jeon mengernyitkan keningnya melihat itu, putranya terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa denganmu? Ada masalah?"

Jungkook berusaha mematri senyum manis di wajahnya sembari menatap wajah Ibunya yang tengah menampakkan raut khawatir. "Tidak ada, bu. Aku baik-baik saja." terpaksa dirinya berbohong. Karena tidak mungkin juga memberitahu yang sebenarnya. Itu akan membuatnya semakin rumit.

"Yang benar?"

"Tentu, ibuku sayang." kekehnya mencoba meyakinkan. Jisu membalas kekehan putranya dan mereka mulai memakan sarapan masing-masing.

"Jinhee, bagaimana kuliahmu?" kali ini Jungkook yang membuka suara. Sedari tadi adiknya terus saja diam. Perlu Jungkook katakan kalau Jinhee berubah menjadi pendiam sejak kepergian Aeyeon—atau Bomin ke Jepang. Jungkook sampai pusing sendiri melihat itu, kira-kira bagaimana caranya memberitahu Jinhee nanti?

"Baik-baik saja," jawab Jinhee tanpa menatap kearah Kakaknya. Tak lama setelah itu, Jinhee beranjak membawa piring kotornya yang memang sudah kosong ke arah wastafel.

Jungkook yang melihat itu semakin merasa bersalah. Sejujurnya ia sangat kasihan pada Jinhee, gadis itu harus rela menunggu seseorang yang bahkan tidak pantas untuk di tunggu. Maksudnya, Aeyeon itu perempuan sama seperti Jinhee. Dengan kata lain Jinhee berharap pada orang yang salah. Ini salahnya juga, seharusnya dari dulu Jungkook memberitahunya.

"Bu, bagaimana dengan laki-laki yang kemarin kukirim untuknya berkencan?" Jungkook bertanya pada Ibunya setengah berbisik sambil melirik Jihnee dengan ekor matanya. Selama ini dirinya memang seringkali mencomblangkan Jinhee dengan seseorang. Ya— tentu saja untuk membuat gadis itu melupakan Aeyeon.

"Dia tetap tidak mau. Kau tahu betapa garangnya Jinhee saat menolak lelaki itu mentah-mentah?"

Jungkook membuang napas dalam. Usahanya gagal lagi. Jika dihitung, sekiranya sudah tujuh pria yang coba ia comblangkan untuk Jinhee. Dan dari mereka semua, ternyata tidak ada yang diterima sama sekali.

"Jangan lagi menyuruhku berkencan dengan mereka dan berhenti mengirimiku lelaki-lelaki bodoh itu. Aku bisa melakukannya sendiri." ucapan Jinhee begitu ketus dan dingin tanpa menatap Jungkook. Setelah meneguk segelas susu yang tersedia di atas meja, Jinhee berlalu pergi dengan wajahnya yang datar dan juga langkah lebar meninggalkan ruang makan.

Sincerity [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang