Polesan terakhir Hyejung berikan di bulu mata Aeyeon sehingga membuatnya menjadi semakin lentik. Terakhir ia merapikan rambutnya yang sudah ia tata secantik mungkin. Hyejung memegang kedua bahu Aeyeon dari belakang, lalu menatap pantulan mereka berdua di kaca rias.
"Kau yakin Jungkook tidak akan pingsan saat melihatmu nanti?"
Kedua pipi Aeyeon yang sedikit merah kini bertambah merah saat Hyejung menggodanya. "Eonnie.. Jangan seperti itu."
Hyejung terkekeh sampai menampilkan sederetan gigi-giginya yang rapih. Selanjutnya ia membantu Aeyeon berdiri lalu mengambilkan sepatu heels putih yang hak-nya tidak terlalu tinggi.
"Pakailah ini," ujarnya yang diangguki Aeyeon dan langsung dipakai olehnya. "Terima kasih sudah membantuku, Eonnie." ucapnya sambil tersenyum.
"Bukan masalah. Sudah, sekarang turun dan temui Jungkook di bawah." Aeyeon mengangguk, dan mereka berdua sama-sama keluar dari kamar menuju ruang tengah.
"Di mana Jungkook?" tanya Hyejung pada Jimin yang sedang menyesap kopi sembari membaca majalah di sofa. Pria itu mendongak lalu membuka lipatan kakinya.
"Belum datang. Sepertinya dia agak terlambat."
Pandangan Jimin kini beralih pada Aeyeon yang menunduk memainkan jemarinya gelisah. Jimin menghampirinya lalu memegang kedua bahu gadis itu, "Adikku cantik sekali."
"Eoh?" Aeyeon mendongak terkejut dan Jimin tersenyum semakin lebar. Lalu mencubit pipi adiknya pelan.
"Tunggulah sebentar lagi, dia pasti akan datang." ujarnya yang bermaksud untuk membuat sang adik tidak lagi merasa gelisah atau takut jika Jungkook tidak akan datang.
Aeyeon hanya mampu mengangguk lesu, ia memilih duduk di sofa lalu menyenderkan punggungnya secara pasrah. Helaan napas gusar terdengar keluar dari bibir merah mudanya. Tangannya merogoh tas kecil yang ia bawa, lalu mencoba menelepon Jungkook namun tidak juga diangkat.
"Mungkin dia ada urusan mendadak," gumamnya menghela napas berat. Aeyeon beranjak, lalu menatap Jimin dan Hyejung bergantian. "Kalau dia sudah datang bilang saja kalau aku ada di kamar. Aku akan mengirim berkas ke editorku dulu." ujarnya. Jimin maupun Hyejung mengangguk, lalu Aeyeon berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai.
Aeyeon baru ingat kalau masih ada tugas yang harus ia selesaikan. Ia belum mengirim foto-foto hasil bidikannya kemarin ke editor Kang. Pasti dia sudah menunggu.
Setelah membuka laptopnya Aeyeon mulai mengirim satu persatu file foto kepada editor Kang. Aeyeon mendadak terdiam menatap wajah model untuk pemotretannya, ia jadi ingat akan kejadian itu. Jungkook tidak sengaja melihatnya dan langsung marah.
Jungkook bilang dia tidak mau pria tampan ini menjadi modelnya. Astaga, lucu sekali. Jungkook cemburu pada remaja 18 tahun.
"Dasar pria pencemburu." gumamnya sembari menghela napas pelan.
Aeyeon melirik jam tangannya yang ia beli di Jepang. Tidak terasa sudah dua puluh menit berlalu. Dan Jungkook belum juga sampai. Aeyeon menggeser posisi laptopnya menjauh dan ia menjatuhkan kepalanya ke atas meja.
"Ke mana kau, Jungkook-ah? Kau tidak melupakannya, kan?"
"Aku di sini. Tentu aku tidak melupakannya, Nona."
Bagai tersambar petir, Aeyeon terkesiap hebat dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Kepalanya menoleh ke belakang, lalu langsung menemukan wajah Jungkook yang tengah tersenyum padanya dalam jarak yang sangat dekat.
"Kau mengejutkanku!" pekiknya.
Jungkook mendengus remeh, ia menegakkan tubuhnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Sebegitu fokusnya kau mengagumi lelaki brengsek itu sampai tidak menyadari kehadiranku?" tanyanya dengan tatapan tajam dan suara yang lebih terdengar menyindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...