Aeyeon Pov
Suasana didalam mobil benar-benar sepi dan awkward. Dan itu sungguh memuakkan. Jungkook hanya fokus menyetir mobil dengan tatapannya yang lurus kedepan.
"Jungkook-ssi, berhenti dirumahku!"
Aku menyeru cukup keras saat mobilnya akan melewati rumahku. Bukan apa-apa, aku hanya ingin mengambil barang-barangku yang sekiranya penting disana. Seperti ponsel, pakaian, dan yang paling penting, kamera kesayanganku.
Sontak mobil langsung terhenti dan Jungkook menatapku dengan kernyitan didahinya, sementara aku sibuk berusaha melepaskan seatbelt.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada datar seperti biasa.
"Aku ingin mengambil barang-barangku, kau mau ikut?" jawabku sempat menatapnya sebelum turun keluar dari mobil.
Tak ada respons sama sekali setelahnya, yang kulihat hanya dia yang juga ikut menuruni mobil kemudian mengekor dibelakangku.
"Bagaimana dengan kakakmu?" tanya Jungkook tiba-tiba sembari menahan tanganku, reflek kepalaku menoleh kemudian spontan menatap pada tangannya. Membuat tangan bertato itu seketika terlepas kemudian kulihat Jungkook mengalihkan pandangan. Mungkin karena tidak sengaja memegang tanganku, jadi malu seperti itu. Aku terkekeh dalam hati, dia lucu juga ternyata.
"Kakakku sedang bekerja saat jam segini, jadi aman-aman saja." jawabku sembari mengacungkan jempol sekaligus tersenyum meyakinkan, lantas membuatnya hanya mengangguk pelan. Kami pun memasuki rumah setelah aku menekan beberapa digit nomor sebelumnya.
Ah, harum pewangi ruangan yang menjadi favoritku langsung menyapa indra penciuman dengan mudahnya, harum citrus yang begitu menyegarkan. Itu adalah wangi favoritku dan juga Kak Jimin.
"Ah ya, soal laptopmu semalam.. " aku berbalik menatap pada Jungkook sembari menggaruk tengkuk belakang dengan ragu. Aku merasa bersalah padanya, gara-gara diriku laptopnya menjadi hancur lebur saat terjatuh diatas lantai semalam karena dia menolongku.
Terdengar desisan ringan darinya, kulihat dia menyunggingkan sebelah sudut bibirnya sambil balas menatapku. "Kau tahu? Laptopku yang itu sangat mahal, kau yakin bisa menggantinya?"
Kenapa dia terdengar mengejekku?
"K-kalau berusaha pasti bisa," jawabku sedikit terbata.
Jungkook kembali menegakkan tubuhnya dan berlalu dari hadapanku, kemudian duduk diatas sofa dengan kaki yang diangkat keatas paha sekaligus membentangkan kedua tangan panjangnya diatas punggung sofa. Lihatlah gayanya itu, benar-benar angkuh.
"Kau hanya perlu menjadi pesuruhku saja, bagaimana?" ucapnya ditengah keheningan sehingga suara baritonnya itu menggema diseluruh ruangan.
Apa? Pesuruh? Dia pikir aku ini pembantu?
"Pesuruh? Maksudmu?" aku melipat kedua tangan didepan dada sembari menatapnya penuh tanda tanya.
"Yah, seperti memenuhi seluruh kebutuhanku, membersihkan apartemen setiap harinya, membuatkan makanan untukku, seperti itu."
Tidak sekalian dimandikan saja? Ah tidak, maksudku..
Kalau membersihkan apartemen itu pasti akan kulakukan karena nantinya aku akan tinggal diapartemennya, bukan? Tapi apa? Mengurusnya? Dia pikir aku adalah baby sitter?
"Kau pikir aku seorang pembantu?" sungutku sewot.
Kulihat dia berdiri dan bersiap keluar rumah, "Yasudah, aku akan melaporkanmu kepada pihak berwajib kalau kau tidak bertanggung jawab setelah menghancurkan benda berhargaku." tuturnya seketika membuat mataku melotot sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...