Aeyeon maupun Jungkook bergegas memasuki rumah yang lumayan besar milik Jimin. Kekhawatiran telah tergambarkan diwajah Aeyeon, ia sangat khawatir sekarang. Setelah membuka pintu utama, keduanya lekas kembali melangkahkan kaki ke lantai dua dimana kamar Jimin berada.
Setelah membuka kenop pintu, terpampang seorang wanita dengan posisi menyamping yang masih mengenakan pakaian kantornya sembari duduk dibibir ranjang.
"Hyejung Eonnie, bagaimana keadaan Kakakku?" tanyanya khawatir dan mendapati Jimin yang terbaring lemah diatas ranjang dengan kompresan kain dikeningnya.
"Tidak baik, dia tidak mau makan." jawab Hyejung lemas kemudian menunjuk mangkuk yang masih terisi penuh dengan bubur diatas nakas.
Aeyeon membuang napas dalam, "Kakak.." gadis itu beralih duduk dibibir ranjang dan menatapi wajah Kakaknya dengan sendu. Tangannya ia tepikan dipipi pria itu, terasa panas.
"Apa Kakakku sudah minum obat?" tanyanya lagi sembari menatap Hyejung yang sudah berdiri.
"Belum. Kupikir dia hanya ingin makan dan minum obat jika ada dirimu."
"Kak, bangunlah. Aeyeon ada disini," ujarnya lembut sembari mengguncang sedikit bahu Kakaknya.
"Jangan terus membohongiku, Hyejung-ssi." Jimin membalas dengan suara parau khas orang sakit. Dan Aeyeon semakin khawatir akan hal itu. Tidak ada pilihan lain, gadis itu memberanikan diri mengecup pipi gembul Kakaknya sekilas dan langsung membuat pria itu membuka matanya terkejut.
"Aeyeon?!" kedua manik sipit Jimin sedikit terlihat berkaca. Menyiratkan kerinduan mendalam terhadap Adiknya. Pelukan kerinduan tak mampu terelakan lagi, keduanya saling melepas rasa rindu dalam sebuah pelukan erat.
Jungkook dan Hyejung hanya berdiri diam sembari melihat pemandangan tersebut tanpa berani membuka suara.
"Yeon-ah, Mianhe.." lirih Jimin ringkih semakin mempererat pelukannya.
Aeyeon mengigit bibirnya kuat berusaha sebisa mungkin menahan isak tangis. Mau sebrengsek apapun Jimin, dia tetap Kakaknya. Hanya Jimin yang ia punya didunia ini, begitupun sebaliknya.
"Maafkan Kakak, hm?"
Aeyeon hanya mengangguk pelan dan perlahan pelukan terlepas. "Aku akan membuatkan bubur untuk Kakak, lalu setelah itu minum obat."
"Tidak, jangan. Tetaplah disini temani Kakak." tatapan Jimin kian melunak dan itu membuat Aeyeon semakin merasa iba dengan keadaan Kakaknya sekarang.
"Tapi kau belum makan, Kak. Aku akan membuatkan bubur kesukaanmu dulu,"
Sejemang Jimin hanya membisu sambil menatap lurus pada kedua iris adiknya. Kemudian mengangguk karena tidak ada pilihan lain, "Baiklah,"
Aeyeon lantas beranjak dan menyimpan tas kameranya diatas meja kerja Kakaknya sebelum keluar kamar lalu menyiapkan bubur. Sementara itu Jungkook memilh mengikutinya, ia sempat bertemu tatap dengan Jimin. Namun cepat-cepat memutuskan dan menyusul Aeyeon keluar.
"Sekertaris Ahn, sebaiknya kau kembali ke kantor. Banyak urusan yang harus kau urus disana. Lagipula sudah ada Aeyeon disini." Jimin mengalihkan pandangan kearah sekertaris pribadinya dan kemudian kembali merebahkan diri diatas ranjang seperti semula.
"Ne, Sajangnim."
Hyejung membereskan beberapa keperluan yang ia bawa dari kantor dan menunduk sopan pada bosnya kemudian berbalik badan meninggalkan kamar.
Aeyeon sangat tahu kalau Kakaknya sangat menyukai bubur dengan campuran rumput laut, ia sering membuatkannya ketika Jimin sakit. Pria itu tak mau makan bubur jika bukan buatan Adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...