Sekitar jam setengah tujuh pagi, Jimin bilang kalau Younghoon sudah menunggu didepan apartemen. Jimin mengatakannya dengan nada apatis, Aeyeon menyadarinya.
"Kak, soal semalam aku minta maaf, ya?" ujar Aeyeon sambil tertunduk lesu menghadap Kakaknya yang tengah memotong sawi diatas talenan.
"Hmm. Sudah pergi sana, Younghoon sudah menunggu dari tadi." balas Jimin yang tanpa menatap Adiknya sedikitpun. Melihat itu membuat Aeyeon merasa kehilangan semangatnya pagi ini.
"Baiklah aku berangkat," ucapnya sambil berlalu menjauhkan diri dan memakai sepatunya yang tersimpan di rak.
Jimin memperhatikan Adiknya dari jauh, lalu membuang napas panjang melalui celah-celah gigi. Bukannya tidak mau membantu menyelesaikan persoalan yang menimpa Adiknya, tetapi ia hanya ingin Aeyeon menyelesaikan masalahnya sendiri. Bagaimanapun Aeyeon itu sudah dewasa, pasti tahu bagaimana caranya menyelesaikan masalah.
Dibukanya pintu apartemen, kemudian langsung mendapati Younghoon yang bersandar pada tembok membelakanginya. Seperti tersadar akan suara berdecit yang dibuatnya, Younghoon berbalik sambil menebar senyum secerah matahari pagi ini.
"Selamat pagi." sapanya dengan nada ramah nan hangat.
Aeyeon hanya menatapnya sebentar dan bergumam tanpa berniat membalas dengan ucapan. Younghoon memakluminya. Ia mengaku kalau Aeyeon tidak seterbuka dulu padanya. Atau mungkin gadis itu masih marah atas kejadian semalam.
"Sudah sarapan?" tanya Younghoon sambil berjalan beriringan dengan Aeyeon keluar dari gedung apartemen.
Lagi-lagi hanya gumaman kecil yang Aeyeon keluarkan untuk membalas.
Younghoon menghela napas dalam, namun ia buat sekecil mungkin agar tak membuat gadis disebelahnya tersinggung. "Kita naik kereta saja bagaimana? Aku bosan jika naik bus terus." ujarnya berusaha mencairkan suasana.
"Terserahmu saja." akhirnya kata itu yang Younghoon dengar dari Aeyeon untuk pertama kalinya di pagi ini.
Sampai mereka berdua sampai di stasiun kereta bawah tanah, tidak ada percakapan sama sekali yang menemani. Keduanya hanya saling diam seraya menunggu kereta datang bersama penumpang lainnya.
Aeyeon maupun Younghoon segera berjalan masuk kedalam kereta dan memilih tempat duduk. Keadaan kereta lumayan sepi, mungkin karena ini masih terlalu pagi.
Aeyeon tersentak saat mendadak ada sesuatu hangat mengisi celah-celah jemarinya yang kosong. Pandangannya tertunduk pada lengannya yang ia taruh diatas paha, tak lama kemudian menoleh pada pria disampingnya.
Tersenyum tulus, Younghoon lalu bertanya. "Kau marah padaku karena aku menciummu tadi malam?"
Jika ditanya begitu, Aeyeon bingung harus menjawab iya atau tidak. Pasalnya dulu itu, ia sangat memimpikan Younghoon menciumnya seperti semalam. Tapi sekarang situasinya berbeda.
Namun daripada tidak menjawab sama sekali, Aeyeon lebih memilih menggeleng sembari tersenyum tipis. "Tidak. Aku hanya terkejut."
Jawaban itu terasa tidak memuaskan untuknya. Seperti ada hal yang ditutupinya. Biarlah, Aeyeon mungkin sedang memiliki masalah pribadi yang tidak harus ia ketahui.
Younghoon mengeratkan genggamannya pada tangan Aeyeon, dan mengangkat lalu menciumnya dengan manis. Oke, hal itu cukup membuat empunya tersentak dan menatap Younghoon dengan pandangan tertegun.
Kepalanya ditarik dengan lembut untuk bersinggah di bahu lebarnya, kemudian mengelus surainya dengan perlahan. Aeyeon tidak tahu kalau Younghoon semanis dan sehangat ini. Yang jelas ia nyaman dan suka diperlakukan demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [JJK]
FanfictionPark Aeyeon harus memilih satu di antara dua pilihan. Terus tinggal bersama sang kakak dengan hubungan terlarang mereka, atau justru tinggal bersama Jeon Jungkook yang notabene bukanlah siapa-siapanya. Jika Aeyeon memilih opsi kedua, maka ia harus r...