Monster

8.4K 1.2K 83
                                    

"Oma... Oma. Kemalin ada monstel." Tangan mungil Chenle menarik celana Ten demi mendapatkan perhatiannya. Ten lalu menundukkan kepalanya untuk menatap balita yang bersiap menceritakan pengalamannya. Baru saja keluar dari kelas menari suka-sukanya, Chenle dan Jisung langsung menghampiri Ten yang duduk di depan kelas mereka. Meski belum genap berusia lima tahun, dua bayi kembar itu memang sering ikut masuk kelas menari, membuat mereka menjadi murid termuda yang ada di sana Dan seringkali hanya bergerak tidak tentu arah ketika mendengar lagu, tidak benar-benar berlatih menari seperti murid lain. Ten dan Haechan lalu membawa kedua bayi kembar itu untuk mampir ke sebuah toko es krim terlebih dahulu.

"Oh iya? Di mana?" Tangan Ten lalu menggandeng Jisung, berjalan perlahan dari gedung studio. Mereka berempat berjalan berdampingan dengan Jisung dan Chenle berada di antara Haechan dan Ten.

"Ada di lumah. Sualanya selem."

"Trus? Diapain sama Chenle?"

"Bukan sama Lele. Diusil papa. Lele sama Icung dengel suala selem tlus Lele lali ke kamal mama. Tlus ada papa, tlus sualanya ilang. Ya kan Cung?" Jelasnya dengan nada menggebu-gebu, memastikan sang oma mendengarkan dengan baik pengalamannya mengerikannya.

"Iya. Sualanya kayak nangis. Lele takut, lali ke kamal Mama. Habis itu belenti." Penjelasan Jisung dilengkapi dengan tangan Chenle bergerak menutupi kedua telinganya, memperagakan bagaimana malam itu mereka bereaksi terhadap suara misterius yang terdengar di malam hari. Mata Ten justru memicing curiga, membuat kesimpulan dari keseluruhan cerita yang didengarnya dari Jisung dan Chenle.

"Habis main ya kamu?" Kecurigaan Ten langsung terbukti benar karena rona merah menjalar di wajah putra bungsunya. Membuatnya terlihat merah padam, hingga ke telinga juga suara yang sedikit gugup saat berbicara.

"Chenle nanti mau es krim coklat apa strawberry?" Chenle mendongakkan kepalanya, bingung ketika mamanya justru bertanya menu es krim yang diinginkannya ketika mereka masih sibuk membahas monster yang didengarnya beberapa hari silam. Ten tertawa melihat kegugupan Haechan dan memutuskan menggodanya lebih lanjut.

"Berapa kali Chan?"

"Maaaaaa."

"Berapa kali?"

"Tiga kali kayaknya? Yang pertana kepotong Chenle. Yang kedua aman, eh yang ketiga diganggu Jisung. Ya udah, trus udahan." Balasnya lirih, malu jika harus membicarakan masalah ranjangnya dengan sang mama. Juga malu mengakui jika dirinya terlampau berisik sehingga membuat Chenle dan Jisung terganggu di tengah tidur malam mereka. Ten tersenyum jahil sebelum mengalihkan pandangannya sedikit turun, sehingga bisa menatap dua balita di antara mereka dengan mudah.

"Chenle, Jisung." Panggil Ten, membuat kedua cucunya menatapnya dengan antusias, menunggu penjelasan mengenai sosok monstsr yang mereka dengar tempo hari. "Yang kemaren itu bukan monster. Tapi mama kalian mau dimakan papa." Bola mata Chenle langsung membulat sempurna mendengar penjelasan dari Ten. Ketakutan dengan kenyataan jika mereka ditinggalkan oleh sang mama.

"MAMAAAAA" / "Ndaaaa boleeeeh" kaki Haechan terasa berat saat dua balita kembarnya mengalungkan tangan mungil mereka ke betisnya, bergelantung ketakutan. Chenle bahkan sudah mengeluarkan air matanya hingga membasahi celana Haechan, yang langsung merotasikan bola matanya ke arah sang mama yang sudah terkikik geli. Merasa puas berhasil menjahili kedua cucunya.

"Enggak sayang. Oma cuma bercanda aja." Bujuk Haechan pelan, sedikit berjongkok un$tuk merengkuh kedua balitanya di dalam gendongannya. Juga menepuk-nepuk pantat +mereka, guna menenangkan pekik histeris yang mengganggu pendengarannya.

"Nanti papa kalian makan mama, trus mamanya ilang. Wusssh. Kalian gak punya mama deh." Tambah Ten, semakin menakut-nakuti sosok yang histeris memeluk sang mama. Haechan menghela napas lelah, langkahnya sedikit sempoyongan karena Chenle yang bergerak heboh di gendongannya dan Jisung menangis dalam diam. Dirinya bersusah payah menenangkan dua bayi, tapi ibunya justru semakin bersemangat memancing tangis mereka.

"Chittaphon Suh. Please."

"Hahahahaha"

***

This is the last for today.

Jangan lupa, hari ini hari senin.
Have a nice day ❤

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang