"Ma, masa kemarin pas aku tidur sama Papa, Papa bilang kalau anakku gak boleh ngerepotin aku. Ngerepotin Papa atau Kak Dery aja. Padahal kan mana bisa ya?" Haechan memulai paginya dengan sebuah aduan kepada ibunya yang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Pria mungil itu meminta Haechan menemaninya dengan alasan makanannya butuh dicicipi. Haechan, sebagai anak yang berbakti, tentu saja langsung mengiyakan permintaan sang ibu. Padahal mereka sama-sama tahu bahwa Ten hanya tidak ingin anak dan calon cucunya kekurangan nutrisi, karena pria itu menyadari nafsu makan Haechan yang sudah turun drastis. Tangan Haechan sudah mulai mengambili makanan yang disiapkan Ten, mendahului sarapannya dengan alasan ngemil.
"Kamu tau, kalimat yang Papa kamu ucapin buat anak kamu itu sama persis kayak yang dia ucapin buat kamu pas di kandungan Mama."
"Oh ya?" Ten mengangguk-angguk, tertawa saat melihat ekspresi tidak percaya terpampang jelas di wajah putranya.
"Dan itu beneran kejadian. Kamu bener-bener ngerepotin Papamu di titik maksimal." Ten tertawa sejenak, mengingat kejadian-kejadian di masa lalu, sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kamu tuh gak pernah rewel sama sekali sama Mama, tapi kalau lagi sama Papa, duh. Gak mau makan sayur lah, gak mau minum susu lah, gak mau tidur siang lah. Trus kalau minta sesuatu tuh harus diturutin, kalau enggak, kamu pasti bakal demam tinggi. Mama pergi tiga minggu ke rumah Grandma, kamu mana pernah rewel. Coba Papa kamu lagi keluar kota atau keluar negeri? Baru dua hari aja kamu atau Papamu tuh pasti langsung sakit. Pokoknya selalu ada aja kelakuanmu yang bikin kepala Papamu sakit." Ten lalu memberi isyarat kepada Haechan untuk segera duduk, menunggu kehadiran Johnny dan Hendery untuk menikmati sarapan mereka.
"Mana ada?" Bantah Haechan, tertawa lebar tidak percaya pada perkataan Mamanya.
"Ngaca dong. Yang sampe nempelin aku pas Papa ke Jepang siapa? Sok-sokan gak mau ikut pas diajakin." suara Hendery mengiringi pukulan tangannya yang mampir ke kepala Haechan. Tidak sampai sedetik, ganti tangan Ten yang mampir ke kepala Hendery, membuat yang dipukul tertawa. Johnny menyusul di belakang Hendery, menunggu anaknya menempatkan diri.
"Pa, I will take your words back." Johnny mengangkat alisnya bingung saat menatap jari-jari Haechan yang bertaut dengan miliknya. Senyum lebar tersemat di wajah manisnya, membuatnya berkali lipat lebih bersinar. "Baby sunflower gak boleh ngerepotin Papa. Biarin aja dia ngerepotin papanya sendiri yang di sana." tangan Johnny mengusak surai kecoklatan putra bungsunya sebelum mengambil posisi duduk di sebelahnya.
"Selama bukan kamu yang repot." senyum Haechan semakin lebar menanggapi kalimat ayahnya.
"Ma, Pa, aku mau ikut Haechan ke Grandma dong." sela Hendery, menginterupsi obrolan adik dan ayahnya.
"GAK BOLEEEEH." seru Haechan, pipinya menggembung dengan tangan terlipat di depan dadanya. Matanya menyorot galak kepada pria di hadapannya yang bahkan tidak ambil pusing dengan suara cemprengnya dan justru sibuk menghabiskan sarapannya. "AKU GAK MAU YA KALAU KAK DERY IKUT."
"Chan, suaramu." Ten memperingatkan suara putra bungsunya yang terlampau kencang saat membalas kalimat kakaknya.
"Lagian kenapa sih kalau Kakak ikut?"
"Kak, kakak itu udah tingkat akhir, sebentar lagi ujian kelulusan. Ngapain ikut aku pindah sekolah ke Thailand?"
"Ya trus, kamu pikir Kakak bakal ngebiarin kamu di sana sendirian?" Ten mengulum tawanya yang hampir terlepas saat melihat kedua putranya yang sibuk beradu pandang dengan sorot mata tajam, sama-sama keras kepala dan bersikukuh mempertahankan pendapatnya. "Cukup sekali kamu ngelakuin kesalahan."
"My baby is not a mistake." balasnya tajam, tangannya mengelus perutnya seakan mencoba menghalangi sang kakak dari memisahkan mereka. Hendery memutar bola matanya malas menghadapi kelakuan adiknya yang sama persis dengan sang Mama. Drama sekali.
"Bukan bayi kamu. Cowok brengsek yang di sana." Balasnya sama tajamnya, membuatnya kembali beradu pandang hingga Haechan akhirnya mengalah dan mengalihkan pandangannya.
"Oh."
"Mama juga mau pindah ke sana aja lah." Sahut Ten ringan, mulutnya sibuk mengunyah waffle yang disuapkan Hendery kepadanya. Haechan baru saja akan membantah kalimat Mamanya ketika suara lain menginterupsinya.
"Ninggalin Papa di sini sendiri?" Haechan menganga tidak percaya dengan banyaknya keputusan yang tiba-tiba dibuat oleh keluarganya. Mulai dari kakaknya yang ingin ikut pindah di tahun terakhirnya bersekolah, sang Mama yang ingin ikut dan berencana mengurus sebuah sekolah menari miliknya di kampung halamannya, juga ayahnya yang sudah pasti tidak terima ditinggalkan begitu saja dan sudah pasti akan mengikuti jejak Ten untuk pindah tempat tinggal. Padahal awalnya Haechan kira hanya dirinyalah yang akam terbang ke Thailand. Memijat pelipisnya pelan, Haechan menghitung hingga lima hitungan dan menghela napasnya.
"Udahlah, terserah kalian aja." Desahnya pasrah, terlalu lelah menanggapi kelakuan keluarganya.
***
Mau ngetik yang sebelah, pake acara mewek dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Johnny oh Johnny!
VampireSecuil kisah Johnny menghadapi Ten, Haechan dan Hendery BxB Seo Johnny ft Ten Lee Slight pair : markhyuck / henyang