Pawang

12.3K 1.8K 161
                                    

"Kamu mau ikut Papa gak? Mau ke Jepang seminggu nih." Haechan merotasikan bola matanya malas saat mendengar ajakan sang papa. Bisa-bisanya pria yang berusia kepala empat itu mengajaknya ikut pergi keluar negeri selama seminggu. SEMINGGU. Memangnya dia tidak perlu sekolah?

"Pa, orang lain tuh ngajak pasangannya. Papa doang pergi malah ngajak anaknya." Cibirnya pelan.

"Ya kalau Papa pergi sama Mama, kamu sama Dery di rumah sama siapa?" Haechan mengangguk-anggukkan kepalanya setuju mendengar alasan logis Johnny.

"Padahal kamu tuh kalau ditinggal Papa, pasti sakit. Makanya diajak aja sekalian sama papamu." Hendery tertawa tidak percaya mendengar kalimat mamanya. Mana mungkin ada orang yang sakit hanya karena ditinggal beberapa hari?

"Ma?" Panggil Haechan sambil memeluk mamanya yang sedang memasak dari belakang. Membuat yang lebih tua sedikit mengernyit karena ada tubuh dengan hawa panas yang tiba-tiba menempelinya.

"Gak enak badan kamu?" Haechan mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan pertanyaan sang mama. "Salah siapa kemarin diajak Papa ke Jepang gak mau."

"Aku bukan sakit karena Papa ih. Emang kecapekan aja." Bantahnya kesal dituduh begitu saja oleh mamanya.

"Kecapekan apa? Kamu aja gak banyak kegiatan di sekolah." Haechan mengerucutkan bibirnya kesal karena tidak bisa membantah kalimat kakaknya yang baru saja bergabung dengan mereka. Pemandangan di hadapan Hendery membuatnya menggelengkan kepalanya heran, akhirnya percaya bahwa adiknya memang akan sakit jika ditinggal oleh papa mereka.

"Chat aja Papamu, langsung pulang dia kalau tau anaknya sakit." Ten mengusap pipi anaknya perlahan, tidak tega melihat anak bungsunya itu terlihat lemas.

"Kasian, baru tiga hari di sana. Kerjaannya pasti belum selesai."

"Tidur aja berarti. Nanti sore gak usah ikut latihan."

"Sini kamu." Hendery menarik tangan adiknya, membawanya mendekat untuk duduk bersamanya di meja makan. Haechan menurut dengan menggerutu, tapi memeluk tubuh kakaknya dan, menyandarkan kepalanya yang pusing ke bahu pria itu.

"Mama ih, nanti aku gak bisa ketemu yang ganteng-ganteng." Haechan membantah, membayangkan kemungkinannya untuk tidak bertemu lima pria tampan pujaan hatinya, lalu merutuki kondisinya yang tidak fit sehingga dilarang mamanya untuk beraktivitas.

"Genit banget."

"Anaknya Chittaphon Lee kan, sama makanya." Pamernya bangga, tertawa lebar karena hampir saja dijitak mamanya.

"Anaknya Seo Johnny lah, baru ditinggal tiga hari aja langsung sakit."

"Gak usah diingetin." Balasnya yang langsung berubah sewot. Mau tidak mau mengakui bahwa dirinya memang selalu jatuh sakit jika ditinggal oleh sang ayah pergi selama beberapa hari. Tapi tidak mungkin kan jika dia ikut sang ayah di tengah-tengah minggu seperti ini? Sama tidak mungkinnya dengan meminta pria itu tidak bekerja hingga keluar negeri.

"Makan. Minum obat. Tidur. Kalau mau mandi, pake air anget. Nanti Mama siapin." Haechan mengangguk menuruti perintah mamanya. Akhirnya harus merelakan Ten latihan tanpa dirinya.

Mark menatap dalam diam kedatangan pelatihnya, yang hanya sendiri. Biasanya Ten akan datang berdua dengan Haechan, membuat Mark bertanya dalam hati kenapa Haechanie-nya tidak datang hari itu.

"Haechan lagi sakit. Biasa, ditinggal pawangnya." Suara tawa Ten membuat Mark menengokkan kepalanya cepat ke arah pelatih koreonya yang menjawab pertanyaan dalam kepalanya. Sepersekian detik kemudian Mark menghela napas lega karena ternyata Ten menjawab pertanyaan Jungwoo, bukan dirinya yang menyuarakan pertanyaan di pikirannya dengan lantang.

"Mark! Fokus!" Ten berteriak memperingatkan setelah ketiga kalinya Mark terlihat kehilangan fokusnya sehingga melakukan gerakan dengan tempo yang berbeda dari teman-temannya. "Time out kamu!" Tunjuknya ke arah kursi panjang di sudut ruangan.

"What?" Bantahnya tidak terima ketika diminta keluar dari formasi latihannya. Mark menatap pria yang balik menatapnya tajam, tidak gentar dengan aura kuat yang dikeluarkan remaja itu. Mark akhirnya menyerah tiga detik kemudian.

"Lucas, powernya disamakan dengan yang lain." suara Ten membuat Mark semakin mendengus kesal di sudut ruangan, melihat latihan teman-temannya dari kejauhan.

***

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang